Video Bumper MMC #2

Video Bumper MMC #1

CD Label Temanten

Cover VCD DVD Temanten

Editorial

KabarIndonesia - Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Tajuk rencana mempunyai sifat :

1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.

Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.

Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya :
1. Hati-hati
2. Normatif
3. Cenderung konservatif
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis

Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah adalah :
1. Lebih berani
2. Atraktif
3. Progresif
4. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”
5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis

Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang berbeda-beda.

Skenario Film Pendek

Produser : Ari
Sutradara : Fajar Teguh
Penulis Skenario : Farid Eko Prastyo
Direction Of Photography : Choirul Anam
Penyunting Gambar : -
Penata Artistik : -
Penata Suara : -
Penata Musik : -
Editor : * Arista Tri Migiawati
* Eni
Unit Manager : All Crew
Pemeran : * as Yudha
* as Korban Copet
* as Laki-Laki


Judul : Too Much Love
Tema : Kasih sayang seorang anak pada Ibunya



Sinopsis :

Pada ulang tahun ibunya, Yudha ingin memberikan suatu hadiah. Namun, ia masih bingung hal apa yang akan ia berikan agar dapat membuat ibunya bahagia. Ia melakukan pencarian hadiah tersebut selama seharian penuh demi membuat ibunda tercintanya bahagia. Ia berusaha keras walaupun banyak halangan yang akan Ia hadapi.


Treatment :

Di kamar kost, Yudha baru terbangung dari tidurnya pukul 10.00 karena alarm pengingat handphone yang berisi pengingat tentang hari ulang tahun ibunya berbunyi sangat keras. Ia pun kaget dan segera meninggalkan tempat tidurnya yang masih berantakan dengan tergesa-gesa dengan mata masih tertutup karena masih menagantuk mengingat Ia belum mempersiapkan suatu hadiah apapun untuk Ibunya.

Setelah keluar dari kamar kostnya, lantas Yudha berlari menuju kamar mandi depan untuk mandi.

Setelah ia selesai mandi, Yudha kembali ke kamar kostnya untuk berganti baju.

Lalu, ia segera berlari keluar dari kamar kostnya mengingat waktu sudah semakin siang dan mengingat jarak Yudha dengan Ibunya sekarang cukup jauh. Ia terhenti sejenak, ia melihat dompetnya. Namun, tak ada uang sepeser pun dalam dompetnya. Ia semakin bertambah bingung.

Ia terus berjalan di tengah keramaian kota dan terus berjalan tanpa tau mana arah yang akan Ia tempuh sambil memandangi foto Ibunya. Dalam hati Ia berpikir, apa yang harus Ia berikan pada Ibunya pada ulang tahun ibunya kali ini agar Ibunya dapat bahagia.

Ia terus berpikir bagaimana Ia dapat memberikan suatu hadiah padahal Ia tak memiliki uang dan tak memiliki pekerjaan yang tetap. Ia sangat bingung kali itu.

Di tangah panasnya terik matahari Ia berhenti sejenak di taman kota untuk beristirahat. Ia terus berpikir bagaimana Ia memberikan suatu hadiah pada Ibunya sedangkan Ia tak mempunyai uang sedikitpun.

Suatu ketika di taman kota saat ada gerombolan orang di dekat pohon hias, Ia mempunyai pikiran untuk mencopet salah satu orang di gerombolan tersebut untuk mendapatkan uang agar Ia dapat membelikan suatu hadiah pada Ibunya tercinta.

Ia lantas menuju gerombolan orang tersebut. Dengan hati yang iba dan sedikit was-was, Yudha terus melangkahkan kakinya. Sesampainya ia di keramaian tadi, Ia masih ragu haruskah ia melakukan tindak kriminal tersebut.

Kali itu Yudha telah gelap mata, Ia tak tahu lagi apa yang harus Ia lakukan. Dan Ia melihat ada dompet dari seorang Pria yang sedikit keluar dari sakunya. Ia mendekati Pria tersebut perlahan-lahan.

Dan suatu ketika saat semua orang di keramaian tersebut lengah, Yudha mengambil dompet dari Pria tersebut dan berjalan menjauhi Pria itu secara perlahan.

Yudha segera menjauhi gerombolan orang tersebut dan segera pergi dari taman kota agar Ia tidak ketahuan telah mengambil dompet tadi.

Ia berjalan menuju toko buku untuk membeli sebuah buku karena Ia teringat Ibunya suka membaca. Setelah Ia selesai melihat-lihat buku di toko tersebut, Ia masih ragu haruskah Ia membelikan buku untuk Ibunya dengan uang hasil copetnya tadi.

Namun bagaimana lagi, mengingat waktu sudah sore Ia langsung mengambil salah satu novel keluaran terbaru dan Ia segera menuju kasir untuk membayar novel tersebut dan membawa novel itu pada Ibunya.

Di tengah antrian kasir, Yudha membuka dompet hasil copet tadi. Ia melihat banyak uang dan credit card di dalam dompet itu. Yudha semakin bertambah bingung. Ia terus berpikir dalam hatinya.

Dengan sedikit putus asa, Ia keluar dari antrian di kasir toko buku. Lalu, Ia mengembalikan novel yang diambil tadi ke rak dimana Ia mengambil novel tadi.

Ia keluar dari toko buku. Sambil terus berjalan, Ia memandangi dompet yang Ia copet tadi. Lalu, Ia berhenti di halte untuk beristirahat sejenak saat sore tiba.

Ia terus memandangi dompet Pria tadi dengan pikiran yang ragu. Tanpa sadar, lamunan Yudha diperhatikan oleh seorang Pria di sampingnya.

Pria tersebut mendekati Yudha dan bercakap-cakap pada Yudha. Pria tersebut memberikan saran bijaknya pada Yudha perihal ulang tahun ibu Yudha dan dompet hasil copetnya tadi. Pria tersebut menyuruh Yudha untuk mengembalikan dompet itu kepda pemiliknya. Dan hadiah untuk Ibunya tidaklah harus barang yang berwujud nyata yang dapat dipandang. Seorang Ibu akan senang dan bahagia apabila melihat anak tercintanya menjadi anak yang sholeh dan berbakti.

Yudha tersadar dan Ia tak ragu lagi. Ia sangat berterima kasih pada Pria yang ditemuinya di halte tadi.

Yudha segera mencari rumah orang yang Ia copet tadi dengan melihat KTP di dalam dompet tersebut.

Lantas Ia menaruh dompet tersebut di depan pagar rumah orang itu.

Setelah memberikan dompetnya tadi, Ia lalu bergegas menuju tempat Ibunya mengingat waktu sudah hampir malam.

Ia menuju ke pesarean dimana Ibunya telah dimakamkan dengan pasti. Ia menuju makam Ibunya. Ia berbicara sendiri dengan makam Ibunya layaknya bertemu dengan Ibunya secara langsung. Ia berjanji bahwa Ia akan menjadi anak yang sholeh yang tidak akan mengecewakan Ibunya yang telah meninggal.

Yudha yang sebelumnya adalah seorang remaja yang tak tau apa-apa tentang agama, moral maupun akhlak kini menjadi sadar karena pembicaraannya dengan Seorang Pria yang Ia temui di halte bus yang membuat Yudha berjanji pada Alm.Ibunya dan dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik dengan mengubah kehidupan tak menentunya. Yudha kini pindah di salah satu Pondok Pesantren untuk menuntut ilmu agama,akhlak,moral dan untuk memperbaiki nilai kehidupan yang belum Ia dapatkan sebelumnya…

TAMAT



OPENING SCENE
INT.KAMAR KOST – PAGI HARI
Di kamar kost, Yudha baru terbangung dari tidurnya pukul 10.00 karena alarm pengingat handphone yang berisi pengingat tentang hari ulang tahun ibunya berbunyi sangat keras. Ia pun kaget dan segera meninggalkan tempat tidurnya yang berantakan dengan tergesa-gesa dengan mata masih tertutup masih mengantuk mengingat Ia belum mempersiapkan suatu hadiah apapun untuk Ibunya.

Shot 1 :
Yudha masih tertidur pulas di kostnya yang berntakan walau sudah pukul 10.00 WIB.
Shot 2 :
Setelah beberapa saat, alarm pengingat handphone milik Yudha berbunyi sangat keras. Alarm tersebut berisikan tentang hari ulang tahun Ibunya.
Shot 3 :
Yudha bangun (hanya membuka matanya). Dia mencari-cari sumber bunyi alarm tersebut. Setelah Ia mengetahui bahwa itu adalah bunyi dari alarm pengingat tentang hari ulang tahun ibunya, Ia sangat kaget.

YUDHA
(dengan kagetnya)
WADUH… KESIANGAN,

Shot 4 :
Tanpa pikir panjang, Yudha melempar selimutnya dengan sembarangan di kamar kostnya dan berlari keluar menuju kamar mandi.

SCENE 2
EXT.DEPAN KAMAR KOST – PAGI HARI
Setelah keluar dari kamar kostnya, lantas Yudha berlari menuju kamar mandi depan untuk mandi.

Shot 1 :
Yudha keluar dari kamarnya tergesa-gesa
Shot 2 :
Ia langsung berlari menuju kamar mandi dengan lari sempoyongan hamper terjatuh.

YUDHA
(sambil berlari sempoyongan hampir terjatuh)
WADUH… CEPET… CEPET…

Shot 3 :
Ia masuk ke kamar mandi untuk mandi.
** FADE OUT

SCENE 3
INT.KAMAR KOST – PAGI HARI (10.10)
Setelah ia selesai mandi, Yudha kembali ke kamar kostnya untuk berganti baju.

Shot 1 :
Yudha masuk ke kamar kost masih menggunakan handuk.
Shot 2 :
Lantas Ia memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa.

SCENE 4
INT.KAMAR KOST – PAGI HARI (10.45)
Lalu, ia segera berlari keluar dari kamar kostnya mengingat waktu sudah semakin siang dan mengingat jarak Yudha dengan Ibunya sekarang cukup jauh.

Shot 1 :
Yudha melihat jam saat itu pukul 11.00
Shot 2 :
Ia segera berlari keluar dari kamar kostnya.

SCENE 5
INT.DEPAN KOST – SIANG HARI
Ia terhenti sejenak, ia melihat dompetnya. Namun, tak ada uang sepeser pun dalam dompetnya. Ia semakin bertambah bingung.

Shot 1 :
Yudha mengambil dompet dari saku belakangnya.
Shot 2 :
Ia melihat tak ada uang dalam dompetnya.

YUDHA
(yudha bingung karena tak memiliki uang,dengan lirih ia berkata)
KOK ADA UANG…
MAU NGASIH IBU HADIAH APA KALO GINI…

Shot 3 :
Yudha meneruskan perjalanannya.

** FADE OUT

SCENE 6
EXT.JALANAN KOTA – SIANG HARI
Ia terus berjalan di tengah keramaian kota dan terus berjalan tanpa tau mana arah yang akan Ia tempuh sambil memandangi foto Ibunya. Dalam hati Ia berpikir, apa yang harus Ia berikan pada Ibunya pada ulang tahun ibunya kali ini agar Ibunya dapat bahagia.

Shot 1 :
Di trotoar jalan raya Yudha berjalan tanpa arah yang pasti karena tak tau arah yang Ia tuju.
Shot 2 :
Sambil berjalan, Yudha mengambil foto Ibunya dari saku kemeja yang Ia kenakan.

YUDHA
(sambil terus berjalan di tengah kota, yudha memandangi foto ibunya dengan tatapan sedikit sedih dan bingung. Ia berbicara dalam hatinya dengan suara pelan)

** SOT
BU… YUDHA HARUS GIMANA…?
YUDHA UDAH GAK PUNYA APA-APA LAGI…
TAPI YUDHA PENGIN LIAT IBU SENANG DI ULANG TAHUN IBU INI…
YUDHA MESTI NGASIH APA…?

Shot 3 :
Yudha terus berjalan sambil masih memandangi foto Ibunya.

** FADE OUT
SCENE 7
DEPAN TAMAN KOTA – SIANG HARI

Ia terus berpikir bagaimana Ia dapat memberikan suatu hadiah padahal Ia tak memiliki uang dan tak memiliki pekerjaan yang tetap. Ia sangat bingung kali itu.
Di tangah panasnya terik matahari Ia berhenti sejenak di taman kota untuk beristirahat. Ia terus berpikir bagaimana Ia memberikan suatu hadiah pada Ibunya sedangkan Ia tak mempunyai uang sedikitpun.

Shot 1 :
Yudha berjalan menuju taman kota sambil memasukkan kembali foto Ibunya ke saku kemeja yang Ia kenakan tadi.
Shot 2 :
Dengan bingungnya di siang hari yang panas itu Ia menuju ke dalam taman kota untuk beristirahat sejenak.
Shot 3 :
Yudha memasuki taman kota dan duduk di rerumputan taman kota.

YUDHA
(sambil duduk dan memandang keramaian di sekitarnya, yudha memikirkan sesuatu dan berbicara dalam hatinya)
SUDAH SIANG…
BELUM DAPAT APA-APA BUAT IBU…
TAPI GIMANA CARANYA BIAR DAPAT NGASIH SESUATU BUAT IBU…?
UDAH GAK PUNYA UANG, GAK KERJA,
MASA’ HARUS MINTA-MINTA SAMA ORANG…?
AH… PAYAH…

SCENE 8
EXT.TAMAN KOTA – TENGAH HARI

Suatu ketika di taman kota saat ada gerombolan orang di dekat pohon hias, Ia mempunyai pikiran untuk mencopet salah satu orang di gerombolan tersebut untuk mendapatkan uang agar Ia dapat membelikan suatu hadiah pada Ibunya tercinta.

Shot 1 :
Yudha masih duduk di rerumputan taman kota.
Shot 2 :
Ada gerombolan orang berdiri menghadap pohon rindang di taman kota.

Shot 3 :
Yudha memandangi dan memperhatikan gerombolan orang tadi.
Shot 4 :
Salah satu dompet milik orang di gerombolan itu hamper keluar dari saku celana belakangnya.
Shot 5 :
Yudha memperhatikan hal tersebut. Dalam hati ia berkata.

YUDHA
(duduk sambil memperhatikan dompet salah seorang di gerombolan tadi, ia berkata dalam hatinya)
** SOT
AH… APAKAH INI AKHIRNYA…?
KALO KU AMBIL DOMPET ORANG ITU, MUNGKIN UANGNYA BISA BUAT BELI HADIAH IBU.
TAPI APA INI BENAR…?
UDAHLAH, GAK ADA CARA LAIN…
Shot 6 :
Yudha terus memperhatikan gerak-gerik orang tadi.


SCENE 9
EXT.TAMAN KOTA – SIANG HARI

Ia lantas menuju gerombolan orang tersebut. Dengan hati yang iba dan sedikit was-was, Yudha terus melangkahkan kakinya. Sesampainya ia di keramaian tadi, Ia masih ragu haruskah ia melakukan tindak kriminal tersebut.

Shot 1 :
Yudha berdiri dari duduknya.
Shot 2 :
Dengan sekikit bingung dan ragu-ragu Ia berjalan mendekati gerombolan orang tadi.
Shot 3 :
Setelah Ia sampai tepat di belakang orang yang Ia incar tadi di gerombolan tersebut, Ia berhentin sejenak.
Shot 4 :
Ia berdiri tepat di belakang orang tadi dan berpikir dalam hatinya.

YUDHA
(sambil memandangi dompet milik orang tadi, ia berpikir)
** SOT
LAKUKAN PA ENGGAK…
AH… MASA BODOH,
Shot 5 :
Yudha terus memperhatikan orang-orang disekitarnya.







SCENE 10
EXT.TAMAN KOTA – SIANG HARI

Kali itu Yudha telah gelap mata, Ia tak tahu lagi apa yang harus Ia lakukan. Dan Ia melihat ada dompet dari seorang Pria yang sedikit keluar dari sakunya. Ia mendekati Pria tersebut perlahan-lahan.

Shot 1 :
Setelah yudha terus memperhatikan situasi dan kondisi di sekitarnya. Ia lantas mendekati orang yang Ia tuju saat Ia merasa aman dengan berjalan secara perlahan.
Shot 2 :
Ia terus memperhatikan dompet dari orang yang Ia incar tadi.

SCENE 11
EXT.TAMAN KOTA – SIANG HARI
Dan suatu ketika saat semua orang di keramaian tersebut lengah, Yudha mengambil dompet dari Pria tersebut dan berjalan menjauhi Pria itu secara perlahan.

Shot 1 :
Yudha berdiri tepat di belakang orang yang akan Ia ambil dompetnya tadi.
Shot 2 :
Dengan memperhatikan keadaan di sekitarnya, Yudha mengambil dompet dari orang tersebut secara perlahan agar orang tersebut tidak mengetahui saat dompetnya Ia ambil.
Shot 3 :
Yudha memasukkan dompet yang Ia copet ke saku celananya.
Shot 4 :
Yudha berjalan menjauhi orang tersebut perlahan-lahan.
** FADE OUT

SCENE 12
EXT.DEPAN TAMAN KOTA – SIANG HARI
Yudha segera menjauhi gerombolan orang tersebut dan segera pergi dari taman kota agar Ia tidak ketahuan telah mengambil dompet tadi.

Shot 1 :
Yudha berjalan keluar dari taman kota dengan sedikit was-was.

SCENE 13
EXT.DEPAN TOKO BUKU – SIANG HARI
Ia berjalan menuju toko buku untuk membeli sebuah buku karena Ia teringat Ibunya suka membaca.

Shot 1 :
Di keramaian kota,Yudha berjalan menuju ke toko buku.
Shot 2 :
Yudha memasuki took buku tersebut.
** FADE OUT


SCENE 14
INT.TOKO BUKU – SIANG HARI
Setelah Ia selesai melihat-lihat buku di toko tersebut, Ia masih ragu haruskah Ia membelikan buku untuk Ibunya dengan uang hasil copetnya tadi.

Shot 1 :
Yudha melihat-lihat buku-buku di rak toko buku tersebut.
Shot 2 :
Yudha mengambil salah satu novel di rak buku tersebut.
Shot 3 :
Sambil melihat buku yang Ia ambil, Ia berpikir dalam hatinya.

YUDHA
(memandangi novel yang ia ambil)
IBU SUKA NOVEL… TAPI IBU GAK BAKAL SUKA KALAU AKAU KAYAK GINI…
AH… TOH IBU JUGA GAK BAKAL TAU…

SCENE 15
INT.TOKO BUKU – HAMPIR SORE HARI
Namun bagaimana lagi, mengingat waktu sudah sore Ia langsung mengambil salah satu novel keluaran terbaru dan Ia segera menuju kasir untuk membayar novel tersebut dan membawa novel itu pada Ibunya.

Shot 1 :
Yudha membawa novel yang Ia ambil tadi ke kasir toko buku tadi.

SCENE 16
INT.TOKO BUKU – HAMPIR SORE HARI
Di tengah antrian kasir, Yudha membuka dompet hasil copet tadi. Ia melihat banyak uang dan credit card di dalam dompet itu. Yudha semakin bertambah bingung. Ia terus berpikir dalam hatinya.

Shot 1 :
Yudha menuju antrian di kasir toko buku.
Shot 2 :
Yudha mengambil dompet hasil copetnya tadi. Lalu melihat isi dari dompet tadi.
Shot 3 :
Ia semakin bertambah bingung kala melihat banyak uang dan kartu kredit yang terdapat dalam dompet yang Ia ambil tadinya.

YUDHA
(ia sangat bingung kali itu, ia berpikir)
** SOT
GAK…
IBU GAK AKAN SUKA KALAU IA TAU INI BUKAN CARA YANG HALAL.
LEBIH BAIK GAK USAH AJA…

Shot 4 :
Ia kembali memasukkan dompet hasil copetnya ke dalam saku celananya.

SCENE 17
INT.TOKO BUKU – HAMPIR SORE HARI
Dengan sedikit putus asa, Ia keluar dari antrian di kasir toko buku. Lalu, Ia mengembalikan novel yang diambil tadi ke rak dimana Ia mengambil novel tadi.

Shot 1 :
Yudha keluar dari antrian di kasir toko buku yang Ia datangi tadi.
Shot 2 :
Yudha menuju rak dimana Ia mengambil novel yang Ia akan beli tadi.
Shot 3 :
Yudha menaruh novel yang Ia ambil tadi pada tempatnya.
** FADE OUT

SCENE 18
EXT.DEPAN TOKO BUKU – SORE HARI
Ia keluar dari toko buku. Sambil terus berjalan, Ia memandangi dompet yang Ia copet tadi.

Shot 1 :
Yudha keluar dari toko buku.
Shot 2 :
Ia terus berjalan di tengah keramaian kota.
Shot 3 :
Ia kembali mengambil dompet yang Ia copet tadi dari saku celananya.
Shot 4 :
Ia terus berjalan dan memandangi dompet yang Ia copet tadi dengan ekspresi bingung.

** FADE OUT

SCENE 19
EXT.HALTE BUS – SORE HARI
Lalu, Ia berhenti di halte untuk beristirahat sejenak saat sore tiba.

Shot 1 :
Ia singgah sebentar di halte bus karena sedikit merasa kelelahan.
Shot 2 :
Yudha duduk di halte bus dan masih memandangi dompet yang Ia copet tadi.


SCENE 20
EXT.HALTE BUS – SORE HARI
Ia terus memandangi dompet Pria tadi dengan pikiran yang ragu. Tanpa sadar, lamunan Yudha diperhatikan oleh seorang Pria di sampingnya.

Shot 1 :
Di samping Yudha ada seorang laki-laki yang memperhatikan Yudha tanpa Ia ketahui.
Shot 2 :
Yudha terdiam dan berangan-angan tentang Ibunya dan masih diperhatikan oleh laki-laki di sampingnya.

YUDHA
(melamun dan berangan tentang ibunya)
** SOT
BU… MAAFIN YUDHA…
YUDHA UDAH GAK TAU MAU GIMANA LAGI BIAR YUDHA BISA BUAT IBU BAHAGIA LAGI…

Shot 3 :
Laki-laki di samping Yudha masih memperhatikan lamunan Yudha dengan pandangan sedikit penasaran.

SCENE 21
EXT.HALTE BUS – SORE HARI
Pria tersebut mendekati Yudha dan bercakap-cakap pada Yudha. Pria tersebut memberikan saran bijaknya pada Yudha perihal ulang tahun ibu Yudha dan dompet hasil copetnya tadi. Pria tersebut menyuruh Yudha untuk melaporkan dompet tersebut sebgai dommpet temuan di kantor polisi terdekat. Dan hadiah untuk Ibunya tidaklah harus barang yang berwujud nyata yang dapat dipandang. Seorang Ibu akan senang dan bahagia apabila melihat anak tercintanya menjadi anak yang sholeh dan berbakti. Yudha tersadar dan Ia tak ragu lagi. Ia sangat berterima kasih pada Pria yang ditemuinya di halte tadi.

Shot 1 :
Laki-laki tadi lantas mendekati Yudha.
Shot 2 :
Laki-laki tersebut ngobrol dengan Yudha.

LAKI-LAKI
(menepuk pundak yudha)
MAS… KENAPA MELAMUN…?

YUDHA
(kaget dan menjatuhkan dompet yang ia pegang)
EH…!!
IYA… IYA… ADA APA MAS…?

LAKI-LAKI
(mengulangi pertanyaannya dengan pelan-pelan)
KENAPA KOK MELAMUN…?

YUDHA
(sambil mengambil dompet yang terjatuh)
GINI MAS…
JUJUR AJA, AKU TADI NCOPET DOMPET MILIK ORANG DI TAMAN KOTA.

LAKI-LAKI
(terkejut)
LOH… BUAT APA MAS??

YUDHA
(dengan polosnya menjawab)
AKU BINGUNG MAS…
IBUKU ULANG TAHUN, TAPI AKU GAK PUNYA APA-APA BUAT IBU.
TERUS AKU NCOPET, TERUS UANGNYA MAU AKAU BELIIN BUKU BUAT IBU.
LAKI-LAKI
(mengerti apa yang dimaksudkan yudha)
HMMM… BEGINI MAS,
SEBENARNYA GAK PERLU SAMPAI KAYAK GITU…
KALAU IBU MAS TAU KALAU MAS NCOPET DEMI HADIAH BUAT IBU MAS,
IBU MAS MALAH GAK SUKA…

YUDHA
(menyaut omongan laki-laki tadi)
LHA TRUS AKU KUDU GIMANA MAS…?

LAKI-LAKI
MAS SEHARUSNYA TAU, SEMUA ORANG TUA AKAN BAHAGIA KALO PUNYA ANAK YANG SHOLEH YANG SELALU BERBAKTI SAMA ORANG TUANYA.
MAS GAK USAH NEKO-NEKO KAYAK GINI,
LAKUKAN APA YANG HARUS MAS LAKUKAN…

YUDHA
(tersadar, memejamkan mata sejenak merenungi apa yang telah ia lakukan)
** SOT
IBU MUNGKIN SUDAH MUAK MELIHAT KEBODOHANKU SELAMA INI,
SEKARANG AKU SADAR,
IBU SELAMA INI TAK MERASAKAN KEBAHAGIAAN KARENA AKAU,
IBU HANYA BERSANDIWARA DAN MENYEMBUNYIKAN PERASAAN SEBENARNYA, KEBENCIANNYA PADAKU KARENA KEBODOHANKU,
MAAFKAN AKU IBU… MAAF…

LAKI-LAKI
(berbicara dengan lirih)
SEKARANG MAS LEBIH BAIK NGEMBALIIN DOMPET INI KE PEMILIKNYA,

YUDHA
(dengan sigap menjawab)
IYA MAS…
MAKASIH BUAT SARANNYA…

Shot 3 :
Yudha menyalami laki-laki tadi dan pergi meninggalkan halte untuk mencari rumah orang yang Ia copet.

** FADE OUT


SCENE 22
EXT.DEPAN RUMAH ORANG YANG DICOPET – SORE HARI
Yudha segera mencari rumah orang yang Ia copet tadi dengan melihat KTP di dalam dompet tersebut. Lantas Ia menaruh dompet tersebut di depan pagar rumah orang itu. Setelah memberikan dompetnya tadi, Ia lalu bergegas menuju tempat Ibunya mengingat waktu sudah hampir malam.

Shot 1 :
Sambil membawa dompet, Yudha mencocokkan alamat rumah dan alamat KTP di dompet tersebut.

Shot 2 :
Ia tepat di depan rumah orang yang Ia copet dompetnya. Lalu memanggil pemilik rumah.

YUDHA
(dengan kerasnya ia berkata di pinggir pagar rumah)
PERMISI… PERMISI…
PAK… ADA KIRIMAN…

Shot 3 :
Yudha menaruh dompet tersebut di depan pagar dan berlari meninggalkan dompet tersebut.

** FADE OUT


SCENE 23
EXT.PEMAKAMAN – SORE HARI
Ia menuju ke pesarean dimana Ibunya telah dimakamkan dengan pasti. Ia menuju makam Ibunya. Ia berbicara sendiri dengan makam Ibunya layaknya bertemu dengan Ibunya secara langsung. Ia berjanji bahwa Ia akan menjadi anak yang sholeh yang tidak akan mengecewakan Ibunya yang telah meninggal.

Shot 1 :
Yudha memasuki tempat pemakaman.
Shot 2 :
Ia menuju makam Ibunya.
Shot 3 :
Ia duduk di sebelah makam Ibunya.
Shot 4
Ia menuju makam Ibunya.
Shot 3 :
Ia duduk di sebelah makam Ibunya.
Shot 4 :
Sambil memandangi makam Ibunya, dalam batin Ia berangan.

YUDHA
(memandangi makam Ibunya dengan tersenyum dan dalam batinnya ia berjanji)
BU… SEKARANG YUDHA PAHAM,
SELAMA INI YUDHA SALAH, YUDHA TERLALU MENYEPELEKAN SEMUA KESALAHAN YANG YUDHA PERBUAT.
SEKARANG YUDHA INGIN IBU MERESTUI KEPUTUSAN YUDHA,
YUDHA AKAN MENIGGALKAN KEHIDUPAN LAMA YANG MEMBUAT YUDHA BUTA AKAN KEBENARAN, TAK TAU AKAN APA YANG IBU INGINKAN SELAMA INI.

WALAU IBU MUNGKIN TAK MENDENGAR APA YANG YUDHA KATAKAN,
NAMUN, DI ALAM SANA NANTI IBU PASTI AKAN DAPAT TERSENYUM…
YUDHA HARAP IBU BAHAGIA,
YUDHA AKAN BERUSAHA MENGHILANGKAN KEBODOHAN YUDHA,
YUDHA AKAN BERUSAHA MENJADI ANAK YANG SHOLEH DAN MELAKUKAN APA YANG HARUS YUDHA LAKUKAN.
MENINGGALKAN SEMUA YANG TAK HARUS YUDHA LAKUKAN.
YUDHA BERJANJI,
GAK AKAN LAGI NGULANGI SEMUA KESALAHAN YANG YUDHA PERBUAT…

** DISOLVE

SCENE 24
EXT.DEPAN GERBANG PONDOK PESANTREN – MALAM HARI
Yudha yang sebelumnya adalah seorang remaja yang tak tau apa-apa tentang agama, moral maupun akhlak kini menjadi sadar karena pembicaraannya dengan Seorang Pria yang Ia temui di halte bus yang membuat Yudha berjanji pada Alm.Ibunya dan dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik dengan mengubah kehidupan tak menentunya. Yudha kini pindah di salah satu Pondok Pesantren untuk menuntut ilmu agama,akhlak,moral dan untuk memperbaiki nilai kehidupan yang belum Ia dapatkan sebelumnya…

Shot 1 :
Yudha berdiri di depan gerbang Ponpes dengan tersenyum.
Shot 2 :
Yudha berjalan memasuki Ponpes tersebut.


** CT

Pengambilan Gambar

Subjective Camera Angle
6. Objective Camera Angle

Macam bidang pandangan pada saat perekaman gambar adalah :

1. ELS ( Extreme Long Shot)

Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, kamera mengambil keseluruhan pandangan. Obyek utama dan obyek lainnya nampak sangat kecil dalam hubungannya dengan latar belakang


2. LS (Long Shot)

Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, obyek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas

3. MLS (Medium Long Shot)

Shot yang menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dari pada long shot, obyek manusia biasanya ditampilkan dari atas lutut sampai di atas kepala

4. MS (Medium Shot)

Di sini obyek menjadi lebih besar dan dominan, obyek manusia ditampakkan dari atas pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan obyek utama

5. MCU (Medium Close Up)

Shot amat dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU ini yang paling sering dipergunakan dalam televisi

6. CU (Close UP)

Shot dekat, obyek menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakang nampak sedikit sekali. Untuk obyek manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu sampai di atas kepala

7. BCU ( Big Close Up)

Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh layar dan jelas sekali detilnya

8. ECU ( Extreme Close Up)

Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh layar dan lebih jelas sangat detilnya.

Gerakan kamera yang dapat dilakukan dalam pengambilan gambar adalah :

1. Pan, Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya

Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan)

Pan left (kamera bergerak memutar ke kiri)

2. Tilt, Tilting adalah gerakan kamera secara vertical,mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya

Tilt up : mendongak ke atas

Tilt down : mendongak ke bawah

3. Dolly, Track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi subyek

Dolly in : mendekati subyek

Dolly out : menjauhi subyek

4. Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Porta-Jip Traveller.

Pedestal up : kamera dinaikan

Pedestal down : kamera diturunkan

5. Crab adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang berjalan.

Crab left (bergerak ke kiri)

Crab right ( bergerak ke kanan)

6. Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya


7. Zoom adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optic, dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut pandang sempit ke sudut pandang lebar atau sebaliknya

Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke close up

Zoom out : menjauhkan obyek dari close up ke long shot

Teknik Reportase

Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa.

Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya.

Perbedaan visi, misi dan ideologi ini akan berpengaruh pada sudut pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Bandingkan, misalnya, cara pandang redaktur harian Kompas dan Republika terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, yang telah memancing kontroversi sengit di sejumlah kalangan belum lama ini.

Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut secara tak langsung juga berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput. Trans TV, misalnya, memilih khalayak dari kalangan sosial-ekonomi menengah ke atas. Majalah Femina membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau bekerja di perkotaan. Sedangkan Radio Hardrock FM mengejar pasar kaum muda di Jakarta.

Kelayakan Berita

Berikut ini adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media:

Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau durasinya untuk materi liputan yang remeh. Kenaikan harga bahan bakar minyak, pemberlakuan undang-undang perpajakan yang baru, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan sebagainya, jelas penting karena punya dampak langsung pada kehidupan khalayak.

Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang berita “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau peristiwa itu sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut berita “hangat,” tetapi lebih pas disebut berita “basi.” Namun, pengertian “baru terjadi” di sini bisa berbeda, tergantung jenis medianya. Untuk majalah mingguan, peristiwa yang terjadi minggu lalu masih bisa dikemas dan dimuat. Untuk suratkabar harian, istilah “baru” berarti peristiwa kemarin. Untuk media radio dan televisi, berkat kemajuan teknologi telekomunikasi, makna “baru” adalah beberapa jam sebelumnya atau “seketika” (real time). Contohnya, siaran langsung pertandingan sepakbola Piala Dunia.

Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing, itu unik dan luar biasa. Contoh lain: Seorang mahasiswa yang berangkat kuliah setiap hari, itu kejadian rutin dan biasa. Tetapi, jika seorang mahasiswa menembak dosennya, karena bertahun-tahun tidak pernah diluluskan, itu unik dan luar biasa. Di sekitar kita, selalu ada peristiwa yang unik dan tidak biasa.

Asas Kedekatan (proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita. Kebakaran yang menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta tentu lebih perlu diberitakan ketimbang peristiwa yang sama tetapi terjadi di Ghana, Afrika. Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau kedekatan geografis. Ada juga kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, misalnya, secara geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.

Asas Keterkenalan (prominence). Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli 2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara keduanya. Padahal di Indonesia ada ratusan atau bahkan ribuan pasangan lain, yang bercerai dan terlibat sengketa rumah tangga. Namun, mengapa mereka tidak diliput? Ya, karena sebagai bintang sinetron dan bintang iklan sabun Lux, Tamara adalah figur selebritas terkenal.

Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti “kekuatan” dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000 buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma diikuti 100 buruh. Kecelakaan kereta api yang menewaskan 200 orang pasti lebih besar magnitude-nya daripada serempetan antara becak dan angkot, yang hanya membuat penumpang becak menderita lecet-lecet. Semakin besar magnitude-nya, semakin layak peristiwa itu diliput.
Human Interest. Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.
Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk diliput. Ketika ppahlawan sepakbola Perancis, Zinedine Zidane, “menanduk” pemain Italia, Marco Materrazzi, dalam pertandingan final Piala Dunia, Juli 2006 lalu, ini menarik diliput. Mengapa? Ya, karena sangat menonjol unsur konflik dan kontroversinya. Bahkan, kontroversi kasus Zidane ini lebih menarik daripada pertandingan antara kesebelasan Perancis dan Italia itu sendiri.

Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik, perilaku kekerasan antar warga masyarakat yang sering terjadi, tawuran antarpelajar, dan sebagainya.

Dalam memilih topik liputan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan. Misalnya, kasus mantan anggota The Beatles, John Lennon, yang pada 1980 tewas ditembak di depan apartemennya di New York oleh Mark Chapman. Padahal beberapa jam sebelumnya, Chapman sempat meminta tanda tangan Lennon. Chapman mengatakan, ia mendengar “suara-suara” di telinganya yang menyuruhnya membunuh Lennon.

Mari kita lihat kriteria kelayakan berita ini. Pertama, Lennon adalah seorang selebritas yang terkenal di seluruh dunia (unsur keterkenalan). Kedua, penembakan terhadap seorang bintang oleh penggemarnya sendiri, jelas peristiwa luar biasa dan jarang terjadi (unsur keunikan). Ketiga, meskipun peristiwa itu terjadi di lokasi yang jauh dari Indonesia, para penggemar The Beatles di Indonesia pasti merasakan kesedihan mendalam akibat tewasnya Lennon tersebut (unsur kedekatan emosional). Dan seterusnya.

Proses pembuatan berita

Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan.

Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan.

Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber. Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya.

Sasaran Rapat Redaksi:

1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi antara reporter, juru kamera, staf riset, redaktur, dan sebagainya).
3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan, keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)
4. Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.

Dari rapat redaksi ini, ditentukan topik yang mau diliput, sekaligus ditunjuk reporter (plusjuru kamera) yang harus meliputnya. Dalam pembahasan yang lebih rinci, bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan bersangkutan, serta narasumber yang harus diwawancarai. Untuk kelengkapan data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil liputan nantinya.

Sesudah tugas dibagikan secara jelas dalam rapat redaksi, dan redaktur memberi brifing pada reporter, berbekal informasi dan arahan tersebut, si reporter pun meluncur ke lapangan. Dalam proses peliputan, bila ada masalah atau hambatan dalam liputan di lapangan,si reporter dapat berkonsultasi langsung dengan redaktur yang menugaskannya. Hambatan itu, misalnya, narasumber menolak diwawancarai, atau peristiwa yang diliput ternyata tidak seperti yang dibayangkan.

Setelah selesai meliput, si reporter kembali ke kantor, dan melaporkan hasil liputannya kepada redaktur yang memberi penugasan. Sang redaktur lalu membuat penilaian, apakah hasil liputan itu sudah sesuai dengan rancangan awal, yang sebelumnya ditetapkan dalam rapat redaksi. Apakah ada hal-hal yang baru, yang mungkin lebih menarik diangkat dalam penulisan. Atau, sebaliknya, hasil liputan ternyata justru biasa saja, tidak sehebat atau sedramatis yang diharapkan.

Redaktur juga melihat, apakah ada hal yang kurang terliput oleh si reporter. Apakah hasil liputan sudah lengkap? Redaktur juga mempertimbangkan asas keberimbangan dan proporsionalitas dalam isi pemberitaan. Misalnya, apakah jumlah narasumber yang diwawancarai sudah cukup? Apakah narasumber yang diwawancarai itu sudah mewakili berbagai kepentingan yang terlibat?

Berdasarkan berbagai pertimbangan itu, redaktur mengusulkan di mana berita itu akan ditempatkan. Di sejumlah media, ada rapat khusus (kadang-kadang disebut rapat budgeting, meski ini tidak ada hubungannya dengan uang) untuk membahas penempatan berita. Namun, dalam rapat ini, reporter tidak ikut serta karena sudah diwakili oleh redakturnya. Di rapat ini dibahas, apakah hasil liputan itu layak untuk berita utama di halaman pertama, atau sekadar layak untuk dimuat pendek di halaman dalam, atau justru tidak layak dimuat sama sekali.

Sesudah jelas, berita itu akan dimuat di halaman mana, seberapa panjangnya, serta penekanan pada aspek yang mana, si reporter disuruh menuliskannya. Hasil tulisan diserahkan kepada redaktur terkait, untuk disunting dari segi bahasa dan isinya. Sebelum berita ini dimuat, kadang-kadang harus melalui proses penyuntingan bahasa oleh editor atau penyunting yang khusus memeriksa gaya bahasa. Jika isi berita itu dianggap layak jadi berita utama, biasanya redaktur pelaksana atau pemimpin redaksi juga bisa ikut terlibat.

Kemudian, berita pun dimuat. Demikianlah proses pembuatan berita pada umumnya di media cetak. Khusus untuk media televisi (audio-visual), faktor ketersediaan gambar ikut berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh, mengenai apakah suatu item berita akan ditayangkan atau tidak. Kalaupun ditayangkan, format penayangannya juga banyak tergantung pada ketersediaan gambar.

Menggali Informasi

Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi, yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui tiga lapisan atau tahapan peliputan:

Lapisan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan siaran pers humas menjadi sangat tipis.

Lapisan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal. Misalnya, ketika si reporter tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan Humas PT. Lapindo Brantas, tetapi si reporter datang ke lokasi meluapnya lumpur, dan mewawancarai langsung para warga korban lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur.

Lapisan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).

Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media.

Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-bahan awal yang disediakan narasumber.

* Satrio Arismunandar adalah Executive Producer di Trans TV. Sebelum bekerja di Trans TV, pernah menjadi jurnalis di Harian Pelita (1986-1988), Harian Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-2000), dan Harian Media Indonesia (2000-2001).

Berita Advertorial

Advertorial adalah bentuk periklanan yang disajikan dengan gaya bahasa jurnalistik. Advertorial berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris Advertising dan Editorial. Periklanan (advertising) adalah penyajian materi secara persuasif kepada publik melalui media massa dengan tujuan untuk mempromosikan barang atau jasa. Editorial adalah pernyataan tentang opini yang merupakan sikap resmi dari redaksi.

Jenis
Jenis advertorial dibedakan berdasarkan materi pesan yang disampaikan dalam penulisannya. Berikut adalah beberapa jenis advertorial:
1. Advertorial produk. Dalam penulisannya, membahas mengenai produk-produk apa saja yang ingin disajikan ke masyarakat.
2. Advertorial jasa. Dalam penulisannya, menyajikan jasa yang ditawarkan pada khalayak.
3. Advertorial korporat (perusahaan). Dalam penulisannya, membahas mengenai keberadaan dan kegiatan suatu perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
4. Advertorial pemerintahan. Dalam penulisannya, membahas mengenai aktivitas di bidang pemerintahan atau potensi suatu daerah.
Sifat
• Informatif : bersifat memberitahukan atau memperkenalkan produk, jasa, dan kegiatan yang ditawarkan. Advertorial informatif ini menggunakan gaya penulisan langsung (straight news).
• Eksplanantif : bersifat menjelaskan dan menguraikan produk, jasa, dan kegiatan secara langsung.
• Interpretif : bersifat menginterpretasikan informasi atas produk, jasa, dan kegiatan yang dilakukan dengan memberikan sejumlah komentar atau keterangan.
• Persuasif : bersifat membujuk khalayak untuk mengikuti apa yang dikehendaki penulis.
• Influentif : bersifat mendorong adanya aksi dari khalayak dan mengarahkan timbulnya tindakan.
• Memuji : bersifat memberikan pujian atas informasi yang diberikan agar khalayak menjadi tertarik.
• Argumentatif : bersifat membuktikan sesuatu dengan pemberian argumen dan uraian-uraian analitis.
• Eksporatif : bersifat mengungkap dan menjelaskan secara mendalam informasi yang diberikan pada khalayak. Lebih menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana.


Tujuan dan Fungsi
Advertorial merupakan salah satu bentuk periklanan yang ada di media massa dengan menggunakan gaya bahasa jurnalistik. Tujuan utama dari advertorial adalah untuk memperkenalkan serta mempromosikan kegiatan, produk, atau jasa dari suatu perusahaan kepada khalayaknya. Fungsi utama dari advertorial adalah untuk pendamping, penerjemah, sekaligus penafsir iklan yang terdapat di media massa.
Anatomi
Penulisan advertorial sama dengan penulisan jurnalistik, dengan menggunakan sistem 5W+1H yang strukturnya terdiri dari:
1. Pembuka (Intro). Pada bagian pembuka, advertorial mempunyai fungsi untuk menarik perhatian pembaca terhadap artikel tersebut. Penulisan intro dapat menggunakan gaya bahas naratf, deskriptif, pertanyaan, epigram, kutipan, atau sapaan.
2. Tubuh karangan merupakan bagian isi dari advertorial itu. Tubuh karangan menceritakan secara mendetail informasi yang ingin disampaikan dalam advertorial tersebut.
3. Penutup karangan berupa kllimaks dari isi advertorial tersebut. Klimaks dapat berupa kejutan, pertanyaan, pernyataan, atau kesimpulan.
4. Struktur penulisan dapat menggunakan piramida terbalik (dengan titik utamanya terletak pada bagian pembuka), struktur piramida biasa (titik utamanya terletak di akhir), dan struktur kronologis (menceritakan berdasarkan urutan waktu).
5. Jembatan penulisan yang diharapkan bisa menjaga kesinambungan informasi yang diberikan mulai dari bagian pembuka sampai bagian penutup.

Produksi Iklan TV

Produksi Iklan
Tahapan-Tahapan Pembuatan (Pemproduksian) Iklan Televisi Tahapan-tahapannya adalah :
1. Pre Production
2. Production
3. Post Production
Post Production
Inilah proses akhir produksi iklan televisi. Pada dasarnya ada 2 hal pokok dalam post production yaitu off line dan on line
A. Off Line
Setelah materi negative film yang diproses di Singapore atau Kuala Lumpur jadi, kemudian masuklah ke proses offline edit. Disini Editor Film didampingi Director Film mengadakan pekerjaan editing, yaitu proses penyusunan shoot-shoot terbaik pilihan Director Film yang penting, menjadi rangkaian gambar film iklan televisi. Tapi disini susunan gambarnya masih kasar. Yang penting penempatannya sudah sesuai dengan Director's Shooting Board.
Prose Off Line ini menghasilkan materi off line. Dan meskipun rangkaian ceritanya masih kasar, harus mendapat persetujuan dari agency dan klien karena itu begitu materi off line selesai, harus juga dipresentasikan ke agency dn klien hingga disetujui.
Oleh tim kreatif agency, materi off line ini kemudian bisa untuk panduan arranger membuat jingle/musik iklan. Juga materi off line ini bisa dipergunakan untuk panduan Dubber mengisi suara (take over voice).

Proses pembuatan jingle ini idealnya memang dilakukan saat materi off line sudah jadi. Tapi bisa pula terjadi, jingle sudah jadi duluan menjelang shooting diadakan. Keuntungan pembuatan jingle saat materi off line sudah jadi adalah mengurangi resiko revisi yang berulang-ulang. Sebab dengan panduan materi off line yang sudah jadi, arranger bisa langsung melihat gambarnya dan diperkirakan moodnya langsung dapat. Demikian pula, pengambilan suara (take over voice) narasi iklan, idealnya juga memang dilakukan saat materi off line sudah jadi. Sehingga bila narsinya terlalu panjang sudah ketahuan saat kita lihat dan bandingkan dengan gambar. Atau bila narasi terlalu pendek, kita bisa mengambil take voice over dengan durasi yang lebih lama.

B. On Line
Setelah materi off line disetujui, masuklah ke proses On line. Di sini proses editing lebih halus dan rapi. Pokoknya dipermanislah. Ada beberapa teknik editing antara lain :
• Cut to Cut : sambungan langsung dari sequence ke sequence yang lain tanpa tanda-tanda transisi yang jelas.
• Dissolve : menempatkan adegan suatu ke adegan lainnya atau mendempetkan sebuah fade out ke dalam fade in yang sama panjang.
• Fade Out - Fade In : gambar terakhir dari sequence pertama perlahan-lahan tenggelam dalam kegelapan untuk sesaat disusul dengan makin terangnya gambar sequence berikutnya.
Saat Prose On Line ini, pihak-pihak yang selayaknya hadir adalah klien (marketing manager, advertising manager), agency (AE, copywriter, Art Director, Creative Director, Producer Agency), dan tentu saja Director Film, Producer PH dan timnya.
Proses On Line ini merupakan tahap final mengedit gambar sebagus dan sesempurna mungkin. Materi On Line juga akan menjadi master untuk materi gambar iklan TV yang akan ditayangkan.
Sesudah On line usai, dilanjutkan dengan audio mix. Disinilah terjadi proses sinkronisasi, yaitu penggabungan antara gambar (master On Line) dengan suara (Voice Over, musik dan SFX) secara padu dan balance.
Tugas anada sebagai orang iklan lebih melihat bagaimana membalancing unsur gambar dan suara, bagaimana membalancing keras lembutnya musik dan vice over, tahu kapan saatnya voice over masuk pada gambar singkatnya ikut andil dalam menghasilkan iklan telavisi yang padu antara audio dan visualnya. Bila segalanya telah oke dan disetujui oleh klien yang juga hadir dalam proses On Line tersebut, materi On Line yang sudah di Mix dengan audio kemudian ditransfer ke Betacam Digital dan VHS. Untuk keperluan penayangan di televisi, kita memakai materi Betacam Digital. Sedangkan untuk keperluan file dan klien, kita memakai materi VHS.
Jangan lupa sebelum dikirim ke stasiun televisi, biasanya kita juga mengirim 1 materi ke Badan Sensor Film guna mendapatkan izin penayangan. Bila dari BSF sudah dapat izin, materi iklan TV kita sudah boleh ditayangkan di televisi.

Production
Sesuai jadwal produksi, akhirnya disepakiti hari Hnya untuk shooting. Shooting dilaksanakan dilokasi yang telah ditentukan, misalnya di Billabong Green Club, atau Cinere Mall Country Club, atau di Kelapa Gading Sport Club, sesuai kesepakatan saat final Pre Production meeting. Untuk lokasi di luar ruangan, biasanya disebut out door. sedangkan untuk lokasi di dalam ruangan di sebut indoor Siapa saja yang hadir saat pengambilan gambar ?
Dari Agency biasanya Account Executive dan Account Manager atau atasannya; kemudian Art Director, Copywriter dan Creative Director, juga tentu saja Producer Agency. Sementara dari klien yang hadir orang yang bisa mengambil keputusan, misalnya marketing manager atau advertising manager. Mereka semua hadir sebagai tim yang bertugas mensupervisi pekerjaan PH dalam shooting. Mereka berhak berpendapat dan memberkan penilaian saat itu juga.
Dari pihak PH, yang hadir tentu saj director film, yang akan memimpin pelaksananpengambilan gambar. Dia di dampingi D.O Photography, kemudian Assistant Cameraman, Executive Producer, Producer, Line Producer, Unit Manager, Production Coordinator, Asst Production Coordinator, Production Assistant, Prop Master, Art Crew, Gaffer, Key Grip, Best Boy, Make Up Artist dan Hair Stylist, Food Stylist, Electrician, Chief Electrician, Set Builder, Runner dan Transportation. Mereka bekerja secara profesional, bahu membahu dan selesai tepat pada waktunya karena dalam pengerjaan iklan televisi memang harus cepat dan tepat waktu sesuai yang telah ditetapkan dalam Final Pre Production meeting.
Selain klien, agency dan kru PH, yang harus hadir dan memegang peranan penting adalah model. Kepada model inilah iklan televisi ini amat tergantung. Sebab sebagus-bagusnya PH dan sehebat-hebatnya Director Film, jika tidak didukung oleh model yang memadai dan memiliki kemampuan dalam berakting akan sulit menghasilkan iklan televisi yang sesuai harapan Pengambilan gambar didasarkan pada director's shooting board. Setiap frame diambil beberapa kali take. Biasanya setiap kali habis pengambilan gambar untuk 1 take, Director Film selalu mengkonsultasikan kepada pihak Agency dan klien kira-kra sudah oke atau belum. Jika belum oke, diambil take lagi untuk frame yang sama. Namun jika Agency dan klien sudah puas, director film bisa melanjutkan penggambilan gambar ke frame selanjutnya. Seperti halnya shooting film, untuk shooting iklan televisi ini diperlukan disiplin waktu, kerja keras dan kerjasama yang baik. Dalam kegiatan shooting ini, meskipun anda bekerja di advertising dan karenanya bertindak hanya sebagai supervisi, ada baiknya anda juga mengetahui istilah-istilah teknis dalam shooting, antara lain sebagai berikut :
• Angle : sudut kamera atau sudut dari mana kita memotret peristiwa.
• Low Angle : sudut kamera rendah
• High Angle : sudut kamera tinggi
• Extreme Low Angle : sudut kamera rendah sekali.
• Extreme High Angle : sudut kamera tinggi sekali
• Panning : Gerak kamera secara horizontal
• Tilp Up : gerak kamera secara vertikal ke atas
• Tilp Down : Gerak kamera secara vertikal ke bawah
• Filter : suatu cara menciptakan sejumlah efek khusus (langit biru jadi gelap, warna kemerah-merahan dsb)
• Slow Motion : gerak kelihatan melambat
• Fast Motion : gerak cepat menghentak-hentak
• Freeze Frame (frame beku) : gerak yang berkesinambungan normal lalu tiba-tiba gerak itu dibekukan (berhenti sama sekali)
• Low Key : penatacahayaan di mana sebagian besar set berada dalam lingkungan bayang-bayang, sedangkan subyek didefinisikan oleh penyinaran tinggi (cocok untuk film-film misteri atau horor)
• High Key : Penatacahayaan yang memperlihatkan bagian-bagian yang cerah dibanding dengan bagian-bagin yang diliputi bayang-bayang; sedang subyek kelihatan dalam warna separuh kelabu dan cerah, dengan kontras cahaya yang jauh lebih kecil (teknik ini cocok untuk film komedi, musikal, dan film-film ringan).
• Break : Istilah untuk istirahat dalam shooting
• Zoom In/Out : suatu cara menciptakan efek gerak yang mulus dan lancar ke arah subyek, atau menjauh dari subyek, tanpa harus menggerakkan kamera itu sendiri melalui jalan menggunakan lensa zoom.
Dalam shooting itu, narasi (copy iklan TV) yang telah disetujui oleh klien ( saat final pre production dengan klien/agency) bisa diambil secara langsung disebut Direct Sound Atau bisa juga tidak, apabila suara mosel iklan ternyata tidak oke. Untuk itu biasanya suara model iklan tersebut akan diganti dengan suara Dubber yang profesional di studio Recording di hari-hari berikutnya (menjelang prose on line).
Begitulah antara lain jalannya shooting iklan televisi. Setelah shooting iklan televisi selesai sesuai waktu yang direncanakan, negative film kemudian dikirim untuk diprose di Kuala Lumpur atau Singapore, sesuai perjanjian (saat final pre production).

Pre Production
Inilah saat dimana persiapan-persiapan produksi sebuah iklan televisi mulai digelar. Berbagai kegiataan pre production antara lain :
• Sejak saat itu, setelah menerima brief dari Agency (Producer Agency), PH mulai menyusun jadwal produksi dan jadwal meeting
• Director Film mulai membuat Director's Shooting Board beserta Director Treatment berdasarkan story board dari Agency yang telah disetujui klien.
• Tim kreatif Agency (khususnya Copywriter) mulai membetulkan lagi naskah/narasi final yang dipakai.
• PH mulai hunting location, mencari lokasi shooting yang selaras dengan story board.
• PH (bisa pula Agency) mulai sibuk mencari model iklan televisi.
• PH mulai menyiapkan properti, baik untuk busana talent maupun pendukung setting
• Pada saat ini pula Agency sudah perlu menghubungi/memilih arranger yang akan membuat jingle/musik iklan.
• Tak lupa PH pun mulai mengontak studio recording dan studio post production untuk jadwal pengerjaan iklan televisi.
Setelah PH meras cukup memenuhi keperluan-keperluan diatas, mulailah diadakan First Pre Production meeting. Biasanya meeting Pre Production pertama ini hanya melibatkan pihak PH dengan tim Agency (Account Service, Creative dan Producer Agency). Di sini PH melaporkan persiapan-persiapan yang telah dilakukan, mempresentasikan jadwal produksi, mempresentasikan Director's Shooting Board, mempresentasikan Talent dan properti, mempresentasikan studio-studio tempat pengerjaan.
Tidak jarang dalm meeting Pre Production pertama ini apa yang diajukan PH kurang berkenan di hati Agency. Sehingga PH harus merevisi, entah itu Director's Shooting Board yang dibuat Director Film, entah itu jadwal produksi yang kurang pas, atau mungkin lokasi shooting yang kurang oke, atau mungkin talentnya kurang memenuhi syarat. Untuk itu diperlukan meeting Pre Production yang ke 2.
Dalam meeting Pre Production yang ke 2 ini biasanya telah terjadi kesepakatan karena biasanya PH juga telah merevisi hal-hal yang dirasakan masih kurang sesuai pendapat Agency. Setelah Agency dan PH sepakat akhirnya diadakan pula Pre Production meeting dengan klien. Di sini pun klien menyampaikan pandangan-pandangannya. Bisa saja terjadi apa yang telah disepakati Agency dan PH ternyata berubah lagi atas pendapat dan usulan klien. Karena PH harus merevisi lagi, dan untuk itu pula perlu diadakan sekali lagi Final Pre Production meeting sehingga klien, Agency dan PH sama-sama sepakat mengenai Director's Shooting Board, model, lokasi, biaya produksi, hingga jadwal produksinya.

Kapan Story Board Siap Untuk Diproduksi
Begitu story board sudah disetujui oleh klien, maka berarti story board mulai siap diproduksi. Billa pada pembuatan story board yang banyak terlibat adalah tim kreatif (Creative Director, Copy Writer dan Art Director), maka untuk tahap ini Tim Producer di Agency (Audio Producer dan Video Visual Producer) mulai terlibat langsung. Tim producer ini sangat membantu dalam segi pembiayaan, penjadwalan, supervisi dan terutama sekali hubungannya dengan PH. Mula-mula Tim Producer menghubungi dan mengundang Production House (PH) akan adanya order pembuatan iklan televisi. Sekitar tiga atau empat atau lima Production House yang diundang kemudian mengatakan presentasi. Mereka mempresentasikan karya-karya mereka, Director film yang mereka miliki, tim kerja mereka, budget yang mereka tawarkan untuk film yang dibuat, dan tentu saja kemudahan-kemudahan yang mereka miliki.
Biasanya dalam menghubungi PH-PH tersebut Tim Producer Agency menunjukkan story board yang sudah disetujui klien. Sehingga berdasarkan story board itu, PH-PH sudah bisa mengajukan berapa budget yang akan dipakai untuk pembuatan iklan televisi, sehingga bisa dilakukan penawaran harga. Setelah melalui penyeleksian ketat dari Tim Kreatif, Account Service dan bahkan juga dari pihak klien, akhirnya dipilih satu PH yang dipercaya untuk memproduksi story board menjadi sebuah iklan televisi. Biasanya kriteria pemilihan terhadap PH tersebut berdasarkan atas : hasil karya yang telah terbukti bagus. Director Film yang akan menangani pembuatan TV Comercial, reputasi dan kenyamanan kerjasama dengan karyawan tersebut, dan tentu saja biaya produksi yang ditawarkan harganya bagus.

Audio Visual Production
Tiba saatnya kita memasuki pembahasan Audio Visual Production. Disini akan membicarakan bagaimana sebuah iklan televisi (TV Comercial) diproduksi. Dari segi teknis, iklan televisi bisa dibuat sebagai :
a. Live Action
b. Animasi, baik secara manual maupun komputer.
c. Gabungan dari keduanya.
Pembuatan sebuah iklan televisi pada dasarnya mirip dengan pembuatan sebuah film.
Diperlukan suatu naskah tertulis yang berisi cerita (story line), yang kemudian dituangkan dalam bentuk story board.
Story board mirip dengan sebuah komik. Ada gambar yang menunjukkan bagian adegan, ada tulisan yang menunjukkan dialog atau narasi atau suara yang harus terdengar pada saat gambar muncul.
Story board bisa berbentuk detil, bisa pula berbentuk luwes. dalam pembuatannya untuk menjadi iklan televisi, story board ini akan diolah lagi oleh Production House (PH) yang ditunjuk Agency.
Untuk iklan televisi ada beberapa teknik visual yang dapat digunakan untuk membuat naskah iklan yang dramatis dan mempunyai kemampuan menjual yang kuat. Menurut Russel dan kawan-kawan, teknik-teknik itu adalah :
Spakesperson. Teknik ini menampilkan seseorang di hadapan kamera yang lamgsung membawakan iklan kepada pemirsa televisi. Contohnya adalah salah satu iklan pasta gigi. Dalam iklan itu, seorang pria berdasi dengan gaya seorang salesman berada didalam ruang praktek dokter gigi. Ia berbicara tentang pengalamannya mengatasi dan mencegah gangguan gusi berdarah dengan selalu menggunakan Pepsodent.
Testimonial. Teknik ini mempergunakan seseorang yang dikenal luas yang mampu memberikan kesaksian atau jaminan tentang suatu produk. Misalnya artis Marisa Haque yang memberi komentar tentang sebuah sabun kecantikan bermerek Lux.
Demonstration. Teknik ini cukup populer mengingat televisi adalah media yang ideal untuk memberikan demontrasi kepada konsumen tentang manfaat suatu produk. Misalnya saja prosse menghilangkan kotoran dari baju yang dicuci dengan Rinso Super Aktif.
Closeups. Teknik ini pun ideal untuk dipergunakan oleh televisi. Misalnya saja menampilkan closeup Indo Mie yang telah dimasak dan masih mengepul panas siap untuk segera disantap.
Story Line. Teknik ini mirip membuat sebuah film yang sangat pendek. Misalnya salah satu iklan Pepsi Cola yang dimulai dengan adegan banyak orang yang tengah berjemur di pantai. Matahari kebetulan bersinar sangat terik. Tidak jauh dari tempat itu tiba-tiba sebuah kios minuman ringan dibuka. Perlahan-lahn, satu persatu orang yang terjemur di pantai mendatangi kios tersebut sambil berjingkat dan mengeluhkan pasir yang panas. Akhirnya semua orang termasuk seekor anjing menyerbu kios tersebut. Sementara selama itu penyiar memberikan komentar betapa minuman tersebut didambakan oleh mereka yang kehausan.
Direct Product Comparison. Gaya ini membandingkan dua buah produk secara langsung. Di Amerika Serikat gaya ini cukup sering dipakai, tetapi kelihatannya akan agak sulit kita saksikan di Indonesia. Sebab agaknya pemirsa di Indonesia belum siap menerima iklan yang cenderung menunjukkan kekurangan produk pesaing seraya menonjolkan kelebihan produk sendiri. Misalnya saja iklan sebuah minuman yang menggambarkan suasana studi wisata para pelajar sebuah sekolah menengah pada abad mendatang. Para pelajar tersebut sedang mengunjungi sebuah situs purbakala yang sedang digali. Sambil mendengarkan keterangan pemandu wisata mereka menggenggam kaleng minuman Pepsi Cola tiba-tiba seorang pelajar menemukan sebuah botol kosong Coca Cola yang telah membatu. Ia menunjukkan botol tersebut kepada pemandu wisata dan bertanya benda apakah itu. sang pemandu yang tampaknya juga seorang profesor,
setelah melihat sebentar, mengatakan bahwa itu adalah minuman ringan yang populer pada abad yang lampau.
Humor. Gaya ini termasuk salah satu gaya yang digemari oleh copywrite maupun konsumen. Akan tetapi gaya ini sebenarnya mengandung resiko yang sangat besar. Apabila pengarapan humornya tidak hati-hati, pemirsa malah bisa menjadi sebel dan jengkel. Apalagi jika diingat, humor akan kehilangan daya tariknya apabila sudah sering disaksikan atau didengarkan. Iklan yang terjebak dalam penampilan seperti ini, meskipun menggunakan pelawak yang paling lucu sekalipun, biasanya tidak tertolong lagi.
Slice of Life. Pendekatan ini mempergunakan penggalan dari adegan sehari-hari. Rumusnya adalah dengan menggabungkan keadaan yang menjengkelkan + penyelesaian masalah + kebahagiaan. Contohnya adalah iklan obat sesak napas. Pertama-tama digambarkan orang yang sedang menderita sesak napas. Dadanya bagai diikat dengan tali yang besar dan kuat. Wajahnya memelas. Stelah ia menelan satu atau dua butir Napacin, sesak napasnya pun segera hilang. Ia lega dan wajahnya menjadi berseri.
Customer Interview. Cara ini juga kerap kali ditemui. Misalnya ikla Bodrex. Seseorang pria berdasi digambarkan memegang sebuah mikrofon. Dengan gaya seorang reporter ia mewawancarai seorang supir taksi tentang apa yang ia lakukan apabila sakit kepala datang menyerang.
Vignettes dan Situations. Produk-produk yang sering menggunakan teknik seperti ini adalah minuman, permen, rokok, dan produk-produk lain yang sering dikonsumsi. Gambar yang disampaikan biasanya menunjukkan sejumlah orang tengah menikmati sesuatu produk seperti menikmati hidup. Sementara itu musik dan liriknya memberikan suasana yang mendukung. Misalnya iklan susu cap Nona. Seorang anak kecil digambarkan giat mengikuti ayahnya berolahraga pada pagi hari. Setelah itu ia dipanggil oleh ibunya untuk minum segelas susu. Animation. Animasi biasa kita kenal sebagai gambar kartun. Teknik seperti ini biasanya menggunakan gambar atau tokoh kartun sebagai ganti suasana atau manusia sebenarnya. Contoh yang pernah sangat populer pada masa iklan masih muncul di TVRI adalah iklan pembasmi serangga merek Raid.
Stop Motion. Meskipun mampu menampilkan gambar bergerak, televisi sering kali juga menampilkan iklan yang disajikan hanya sebagi stop motion, dan mungkin juga merupakan suatu rangkaian gambar berseri. Contoh yang paling jelas adalah iklan-iklan mengenai berbagai obyek wisata di Indonesia yang sering ditampilkan oleh RCTI.
Rotoscope. Teknik ini menggabungkan teknik animasi dengan gambaran nyata . Misalnya iklan bumbu masak Royco. Digambarkan bagaimana seorang ibu rumah tangga menyiapkan hidangan untuk keluarganya. Sementara itu seorang pria gemuk berpakaian lengkap seperti seorang juru masak, yang merupakan tokoh kartun, berloncat-loncat ke sana ke mari mendampinginya.
Combination. Teknik ini pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua atau beberapa teknik dasar diatas.

Pengenalan Atribut-Atribut Sebuah Iklan
Pengenalan atribut-atribut sebuah Iklan di antaranya :
A. Lead in headline, kata-kata/kalimat yang biasanya menerangkan jenis produk apa yang akan dipromosikan.
B. Flagger, Splash, Label, kegunaan ketiganya hampir sama yaitu memperkuat atau memperjelas penyampaian informasi kapan, bagaimana, untuk apa produk itu dijual.
C. Judul (heading)
Sebuah judul harus mampu menarik perhatian agar pembaca memperhatikan tulisan yang ada didisplay, apakah secara visual ataupun secara verbal, kedua-duanya bisa memikat pembaca berkat bentuk penampilan secara visual yang artistik. Oleh karena itu untuk menyiapkan sebuah judul atau heading diperlukan pengolahan disain secara khusus. Fungsi judul mencerminkan karakter sebuah iklan, misalnya disain iklan alat-alat berat, maka untuk memilih bentuk huruf, gaya dan susunan kata pemilihan grafis harus menunjang - mungkin dengan tipe huruf switzerland black atau sejenisnya.

Untuk mendisain judul hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
• Pilih jenis dab bentuk huruf untuk mendukung judul yang dapat mengexpresikan watak dari sebuah tulisan. Tipe huruf brush scipt tentu tidak cocok untuk iklan otomotif atau alat-alat berat.
• Judul dibuat kontras dengan tulisan atau illustrasi yang ada disekitarnya.
• Tempatkan judul dalam satu bingkai (frame) khusus.
• Agar tampak lebih menonjol bentuk huruf hendaknya lebih besar dari artikel, tetapi jangan terlalu mendominasi.
• Sedapat mungkin judul menjadi perhatian pertama sebelum membaca artikel lain.
• Pembuatan huruf dapat dilakukan dengan huruf capital atau huruf capital undercast.
• Dalam mevisualisasikan bentuk judul, hendaknya benar-benar menujang pesan yang dimaksud.
D. Sub judul (subhead)
Bagaimana atau apa yang diperbuat untuk menarik perhatian para pembaca supaya terpancing, maka sub judul harus terkait dengan judul.
Sub judul dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca dengan memperluas dan memperjelas judul secara emosional. Fungsi sub judul akan ikut mempermudah pembaca dalam mencerna artikel untuk mengetahui sebuah isi pesan yang disampaikan padanya.

Yang perlu diperhatikan cara pembuatan sub judul :
• Padukan sub judul dengan teks induk, sehingga keduanya menjadi serasi dan saling mendukung.
• sesuaikan disain sub judul dengan tipe huruf (semi bold) dari elemen yang lain, agar ada kesimbangan denganjudul dan artikelnya. Biasanya penempatan sub judul dibaris kedua setelah judul.
• dipilih tipe dengan ukuran yang berbeda dengan artikel (lebih besar pointnya).
• Biasakan sub judul ditulis dengan indent, supaya enak dibaca dan tidak monoton.Bisa juga untuk menarik perhatian pembaca, diberi garis diatas atau dibawah sub judul.
• Agar tidak jenuh untuk dilihat oleh pembaca sub judul dapat diberi warna lain.
• Sub judul jangan diletakkan dibawah artikel

E. Artikel (body copy)
Artikel atau tulisan harus disiapkan secara matang untuk menunjang keberhasilan iklan yang akan disajikan. Dalam menetukan jenis huruf yang akan digunakan, tinggi dan lebarnya huruf perlu diperhatikan. Bila tulisannya banyak, sedang ruang yang tersedia hanya sedikit, sebaiknya dipergunakan model huruf yang padat dan condenced untuk menghemat ruang.
Meskipun setiap huruf masing-masing memiliki karakter dan tipografi yang berbeda, tetapi pada beberapa kombinasi yang serasi bisa mebuat lay out tampak lebih bagus.

F. Keterangan gambar (caption)
Gambar atau foto yang dipasang perlu dilengkapi caption, guna menunjukkan dan menceritakan apa yang ada didalam gamabr atau foto tersebut. Paduan antara gambar atau foto dengan caption harus sepadan, singkat dan jelas. Caption harus berada dekat dengan gambar atau foto yang kan dijelaskan. Posisi katakata bisa diatas, dibawah, disamping atau didalam gambar atau foto. Point huruf biasanya lebih kecil dari teks yang lain.

G. Illustrasi (gambar)
Illustrasi digunakan untuk membatu mengkomunikasikan pesan dengan tepat, cepat, tegas dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. Dengan illustrasi maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca alkan lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata. Illustrasi, merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau untuk memperlihatkan suatu subjek dengan tujuan :
• Untuk menggambarkan suatu produk yang belum pernah ada.
• Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya mobil memakai sayap.
• Memperjelas suatu artikel teknik, dengan gambar akan lebih mudah untuk memperlihatkan belahan sebuah mesin.
• Memberikan suatu komentar atau sindiran, dapat berbentuk karikatur atau kartun.

H. Box (bingkai)
Kolom bingkai atau box pada umumnya merupakan tempat informasi dari hal-hal yang akn dipromosikan, atau untuk spesifikasi sebuah produk.
I. Asterisk (tanda keterangan)
Suatu tanda biasanya bintang (*) yang dipakai untuk menerangkan kata-kata atau kalimat yang tersamar atau kurang jelas. Tulisan dibuat paling kecil (6pt. Italic), untuk menghindari kesan yang kuat dan menonjol.

Membuat Iklan Radio
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat iklan radio :
1. Target market siapa (remaja, orang dewasa, anak-anak, tinggal di mana)
2. Berapa durasinya (30', 45', atau 60')
3. On airnya di radio mana (prambors, sonora, trijaya dst)
4. Budget berapa (minim atau sangat besar, ini berkaitan dengan pemilihan talent dan pembuat musik/jingle)
5. Produk yang diiklankan produk apa (permen, real estate, atau rokok)
B. Struktur Iklan Radio
Biasanya dalm iklan radio terdiri dari narasi, musik dan SFX. Narasi bisa single, atau bisa dialog. Talent laki-laki biasa disebut MVO (male voice over), sedang talent wanita disebut FVO (famale voice over). Berikut antara lain contoh struktur iklan radio
• Musik
• Narasi (dialog atau single)
• SFX
• Announcer
C. Tips-tips Membuat Iklan Radio
1) Baca keras-keras karya Anda
Sebelum anda menyetujui konsep radio yang anda tulis, baca keras-keras dengan yang anda kehendaki. Ini akan menunjukkan pada anda, misalnya apakah ada kata-kata yang sulit diucapkan, atau kalimat yang ternyata ganjil kedengarannya. Mungkin anda ingin iklan radio anda puitis, misalnya tetapi dengan banyaknya suara atau kata-kata yang sama, bisa juga pesan anda terkorbankan. Yang penting lagi dalm kebiasaan ini adalah mengukur waktunya.
2) Gunakan kata-kata sederhana
Kata-kata sederhana mudah diucapkan, mudah didengar. Untuk lebih membantu lagi,rencanakan pula di mana pembaca harus berhenti, manarik napas, istirahat dan sebagainya. Ini akan sangat membantu dalam pengudaraan kemudian.
3) Copy anda harus lancar
Seperti juga iklan cetak, copy harus lancar dalam arti titik pemikiran yang satu ketitik pemikiran yang lain sangat luwes dan padu. Gunakan waktu seefektif mungkin.
4) Gunakan slang dengan hati-hati
Beberapa kata khas di suatu daerah belum tentu dimengerti di daerah lain. Kecuali jika anda memang ingin mengemukakan kedaerahan untuk ditonjolkan.
5) Berusaha keras untuk menarik perhatian
Anda harus menembus kesadaran pendengar anda yang sedang melakukan sesuatu sewaktu iklan radio anda terdengar. Apa yang akan anda lakukan ? dengan musik ? dengan jingle ? dengan SFX ? humor ? dialog ? itu semua tergantung dari strategi anda tetapi anda harus berusaha keras ?
Beberapa cara untuk mencari perhatian itu misalnya :
1. Product in action SFX. Misalnya kopi diaduk, baju dicuci, atau imajinasi suara sebuah benda yang sesungguhnya tak bersuara, misalnya : cahaya keras dimata.
2. Campuran berbagai suara. Sebuah iklan bisa terdiri dari dialog, musik, SFX, announcer dan seterusnya. Dengan variasi seperti ini, pendengar akan ingn tahu apa yang ingin anda sampaikan
3. Toko simbolis. Gunakan suara khas untuk menampilkan tokoh iklan anda, misalnya cacing dalam perut dsb.
4. Gunakan gaya radio station yang anda pakai. Atau acara yang ada di radio.
Dengan begini iklan anda seperti suatu jedah tetapi bagian dari acara yang digemari.
5. Guankan tokoh komedi. Dalam hal ini anda harus hati-hati kelucuannya harus khas dari dia, tetapi tak boleh bertentangan dengan pesan anda.
6. Variasi penting. Jangan puas dengan satu prsentasi. Jika misalnya jingle anda sudah hit, coba cari cara lain untuk menyampaikannya di jazz in di dangdut in dll. Tetapi tentu masih dalam strategi.
7. Buat relevansi dengan peristiwa yang sedang hangat, apa yang sedang diperhatikan orang ? KTT ? Tinju ? Alan dan Susi di olimpiade ? 8. Ad lib, ad lib artinya mengatakan apa saja secara spontan. Bisa saja anda membuat iklan radio di mana tokoh iklan anda benar-benar diberi kebebasan untuk berbicara.
9. Dipercepat-diperlambat, anda dapat memperoleh suatu efek menarik jika anda mempercepat atau memperlambat waktu putar tape anda harap dijaga agar katakata tetap jelas.
10. Wawancara Real Life. Wawancara yang jelas terdengar dilakukan secara langsung punya daya tarik tersendiri, tentunya dengan sfx-sfx yang tepat.
11. Memusikkan sound effect. Atau mensound effect an musik. Ini bisa nada lakukan untuk lebih memberikan tekanan pada effect-effect yang ingin anda kemukakan dan memberi hasil yang tersendiri.
12. Gunakan anak-anak. Suara anak-anak mempunyai daya tarik tersendiri, terutama jika mereka bersikap sangat wajar. hanya harus diingat, tentang pesan yang disampaikan. Jika tidak terlalu wajar akan membuat orang antipati. Lagipula sekarang sudah begitu banyak anak-anak digunakan.
13. Ex-bintang atau calon bintang. Untuk mencari orang terkenal anda mungkin bisa melakukannya dengan murah jika anda menggunakan mereka yang pernah terkenal atau akan terkenal dan jelas perlu publisitas.
14. Suara yang berwibawa. Ini terutama pada pesan langsung, dimana pendengar akan meras lebih yakin akan kesungguhan pesan jika disampaikan oleh suara yang berwibawa.
15. Guanakan lagu populer atau standar. Anda bisa membelinya, atau menciptakannya, atau memakai suatu tune yang sudah bias ada di masyarakat, misalnya : lagu bujangan (Koes Plus)
16. Perubahan karakter. Akan sangat menarik jika nada memakai karakter yang misalnya biasanya terkenal buas disinetron, bersikap lembut di iklan anda.

Art Director
Art Director entah mengapa jabatan ini dinamakan demikian. walaupun beberapa pihak telah berusaha mencari padanannya ke dalam bahasa Indonesia seperti Pengarah Seni misalnya, namun orang tetap lebih suka menyebut dirinya Art Director. Tentu saja! Siapa yang tidak suka dengan sebutan "director". Begitu gagah, anggun dan berwibawa. Bayangkan, kita baru lulus kuliah, hari pertama bekerja langsung disebut direktur. Tugas Art Director berat sekali. Bersama Copywritter, dia bertanggung jawab mencari konsep dan mendapatkan ide. Di sisi lain, dia juga sangat dinilai dalam hal kepiawaian melakukan eksekusi. Sebuah iklan yang idenya jelek atau bahkan tidak ada idenya, di tangan seorang Art Director yang handal tetap bisa mempunyai tampilan yang menarik. Coba lihat iklan-iklan pakaian di majalah fashion. Sering klien tidak membutuhkan ide sama sekali. Mereka hanya membutuhkan tema saja, sehingga yang dibutuhkan dalam kasus tersebut hanya eksekusi yang indah, yang menonjolkan produknya. Karena itulah biasanya iklan-iklan fashion perlu pendukung model yang ganteng-ganteng dan cantikcantik. Disini pula Art Director mendapat kesempatan mempertontonkan kehebatannya.
Dalam kasus dimana sebuah ide bagus ditemukan, seorang Art Director harus mampu mengeksekusinya agar ide tersebut mencuat secara maksimal. Kalau bisa, mampu membuat ide yang bagus tadi menjadi iklan yang sangat brilian. Karena itulah kemampuan teknis seorang Art Director sangat penting dalam membekali dirinya. Dengan keahliannya, seorang Art Director sering mampu menciptakan visual yang mampu berbicara secara total. Total dalam artian komunikasi yang utuh. Sehingga seringkali iklan yang dibuat Art Director itu tidak lagi membutuhkan kata-kata. Hal ini tentu baik sekali, karena tanpa copy seharusnya iklan tersebut pastinya jadi lebih simple.
Keuntungan lain dari sebuah iklan tanpa copy adalah, dia mampu berbicara dengan bahasa universal. Iklan seperti itu dapat ditayangkan dinegara dengan masyarakat bahasa yang berbeda. Masyarakat bahasa yang tidak mengerti satu sama lain! karena bahasa gambar yang universal itu memudahkan pembaca untuk mengerti dibandingkan harus memahami copy yang mereka tidak kenal. Belum lagi keuntungan jika materi iklan itu kita ikutsertakan dalam lomba iklan internasional. Kita tidak perlu lagi bersusah payah melakukan penerjemahan. Tinggal kirim saja sebagaimana adanya.

Lingkup Pelayanan Kerja ( Total Service Biro Iklan)
1. Laporan latar belakang market
• Mengumpulkan dan menganalisa data pemasaran perusahaan dan produksi
• Menentukan problem dan kesempatan (oportunity) yang ada di pemasaran
• Menentukan strategi memecahkan problem (problem solving)
• Membuat perencanaan dengan memperhatikan keunggulan yang ada seperti terungkap dalam kesempatan tadi
2. Menentukan tujuan pemasaran
Tujuan pemasaran ini merupakan target goal dari perusahaan atau merupakan keinginan yang harus dipenuhi. Biasanya ini diberikan oleh klien, tapi adakalanya biro iklan dapat membuat proposal.
3. Menentukan positioning dan market segmentation
Strategi yang paling dasar dalam mencapai tujuan pemasaran diatas cara menentukan positioning pelajari latar belakang pemasaran, didasari oleh keuntungan yang diperoleh konsumen dari pemakaian produk/perusahaan (product/company benefit) yang dipercayaka danmerupakan faktor yang mereka senangi sehingga memudahkan anda dalam mencapai tujuan pemasaran tentu dalam hal ini produk pesaing harus diperhitungkan pula (competitors products analyse) ini merupakan jawaban dari pesan apa yang produk/perusahaan ingin sampaikan pada konsumen.
Karena iklan yang efektif adalah iklan yang mengena langsung pada sasaran konsumen, bukan pada lainnya (segment target)
4. Menentukan strategi area dan musim
Menentukan periklanan dan penjualan produk dipasarkan secara nasional atau pada daerah tertentu saja. Disamping itu waktu dan bentuk jenis produk yang tepat juga harus ditentukan. Dalam hali ini tentu perlu pula dikaji faktor sosial ekonomi lingkungan setempat.
5. Menentukan strategi distribusi
Dalam usaha memenuhi tujuan pemasaran tadi jalur distribusi yang paling efisien juga harus ditentukan, diperhatikan dari latar belakang pemasaran, produk positioning dan target.
6. Menentukan strategi kreatif
Cara yang terbaik untuk mengekspresikan positioning, dibuat dengan mempelajari 4 faktor dibawah ini :
1. Kepada siapa dijual ?
2. Bagaimana menjual ?
3. Apa yang dijual ?
4. Irama/tone dari iklan

7. Menentukan strategi media
Bagaimana pelaksanaan advertising didalam bentuk kreatif yang nyata akan dikomunikasikan kepada target pendengar (target audience) disini menyangkut pemilihan media yang tepat dan menentukan volume yang efisien. Advertising objective sangat perlu ditentukan sebelumnya.
8. Menentukan strategi promosi Meningkatkan brand awareness dan memberikan pengertian mengenai keunggulan dan positioning produk/perusahaan.
Strategi promosi bertujuan untuk merangsang /stimulasi keinginan konsumen dengan menyediakan perangsang baik berupa incentif atau diskon dsb, sesuai dengan keinginan konsumen untuk membeli produk.
9. Menentukan strategi humas (public relation)
Sarana komunikasi melalui editorial/artikel informasi produk/perusahaan. Mengambil keuntungan dari dampak sosial yang besar yang diberikan oleh perusahaan. Publisitik ini adalah merupakan sarana komunikasi yang beda dari iklan atau disebut juga Indirect Promotion pada umumnya dilakukan untuk meningkatkan citra atau image perusahaan.

Gampang bikin Story Board
Dua hari lalu saya sempat 'rame' dengan anak pertama saya yang lagi heboh musti ngedit tugas filmnya, masalahnya sederhana....story board! ceritanya dia mau minta tolong ayahnya untuk bantu ngedit filmnya, tapi waktu ditanya story board dan story line-nya mana?...jawabnya 'ga ada'.... loohhh koq bisa??? so tulisan saya kali ini, saya dedikasikan khusus untuk teman-teman kecil dan para abg yang mau bikin film tapi bingung bikin story board :)
'Story board' bagi yang sudah nyemplung di dunia film,iklan,broadcast,atau design,pasti sudah ga asing dengan kata yang satu itu. Dua..tiga tahun yang lalu, saya juga sempat dibikin ribet anak-anak sd yang ikutan workshop bikin film dan adik-adik sma yang minta tolong dbuatkan contoh story board untuk school profile-nya. Sebenarnya apa sih story board itu? kalau mau ditranslate..ya artinya 'papan cerita' atau gampangnya, rangka cerita yang akan dijadikan panduan pada saat kita membuat film atau iklan atau design multimedia. Di dalam story board itu, kita akan menggambar setting tempat, obyek shooting, adegan saat shooting, nomer urutan scene, script dialog, narasi, visual efek yang akan digunakan, back sound yang akan digunakan dan beberapa informasi lainnya yang nantinya dibutuhkan pada saat proses pengeditan. Sedangkan kalau di dunia advertising/periklanan, story board biasanya jadi pegangan para account executive (AE) pada saat presentasi iklan dengan klien. Bahkan untuk film kartun atau
design multimedia, kita juga membutuhkan story board sebagai panduan kreasi supaya tidak melenceng kemana-mana.
Story board biasanya kita buat setelah ada konsep dan story line dari film yang akan kita buat.
Alasan utama yang sering saya dengar biasanya...'ahh bingung,mulainya darimana? atau 'susah ah ga bisa nggambar! atau 'males ah..ribet! Weleh..weleh..asal tahu aja ya..tanpa gambar yang bagus, asal jelas lay out, setting dan blocking aja udah cukup koq untuk sebuah story board...yang penting semua unsur dalam satu scene bisa diarsipkan dengan baik, untuk memudahkan para editor pada saat mengedit film. Mungkin kalau si editor juga merangkap tugas sebagai sutradara, dia bisa saja inget semua unsur yang akan digunakan pada saat proses pengeditan, tapi dari pengalaman saya sendiri siyy...peran story board sangat penting, karena pada saat proses pengeditan, kita seringkali lupa dengan unsur-unsur pendukung yang ingin kita masukkan dalam satu scene tersebut ;p
Tapii..kadangkala yang namanya ide kreatif..kan sering juga tuh muncul tanpa diduga, kalau hal ini terjadi saat proses pengeditan, selama tidak mengubah konsep dasar dan bisa membuat hasil akhir lebih oke...sah-sah saja kalau kita mau menambah ide baru tersebut kedalam pengeditan,yang penting jangan lupa diarsipkan juga di story board ya... Naahh...gampang kan bikin story board?..iya dong :) Jadi..kalo mau bikin film, mau panjang kek atau pendek kek...jangan males bikin story board yaa :)
To Amanda, makasih ya gambarnya aq pake niyy.. ;)
Program2 dan karir dalam digital multimedia design Pada postingan pertama, saya sudah menulis mengenai digital design, khususnya multimedia. Nah sekarang saya mau mulai berbagi info tentang program-program apa saja yang ada di dalam digital design tersebut. Saking banyaknya, makanya jadi disebut digital multimedia design ;)
Walaupun secara teori, Digital Multimedia Design tidak terbagi-bagai dalam satu kategori tertentu, namun dalam praktek kerjanya, seorang praktisi yang bergerak dibidang digital multimedia design dapat memilih spesifikasi karir sebagai
- Digital Multimedia Designer
- Web Multimedia Designer
- Multimedia Interactive Developer.
Sementara program-program yang dibutuhkan untuk menunjang keahlian tersebut diantaranya:
Digital Multimedia Design
- Illustrator, FreeHand atau CorelDraw
- Photoshop
- InDesign & InCopy
- Animasi 2D dengan Macromedia Flash
- Animasi 3D dengan 3DSmax
- Animasi 3D dengan Maya
- Adobe Premiere Pro
- Adobe Audition
- Adobe Encore
- After Effects
- Avid
Peluang karir:
Designer Graphics, Product Designer, Event Organizer, Digital Photographer, Journalist, Editor (magazine,tabloid), Animator, Product Designer, Advertising, Art director, Post Production, TV Editor, Production house, Multimedia Designer, membuka usaha sendiri di bidang desain percetakan, animasi dan editing video.

Web Multimedia Design
- Photoshop & Image Ready for The Web
- Macromedia Dreamweaver
- Macromedia Flash for the Web
- Macromedia Fireworks
- Macromedia Coldfusion
- PHP
- MySQL
Peluang karir:
Web Designer, Online Media, Internet Service Provider, DotCom Company, membuka usaha sendiri (Web Development).

Multimedia Interactive & Presentation Design
- Illustrator
- Photoshop
- Animasi 2D dengan Macromedia Flash
- Macromedia Director
- Program-program pendukung lain
Peluang karir:
CD Interactive Developer, Game Designer, membuka usaha sendiri .

(Sumber :http://bursaiklan2010.blogspot.com/2009/11/tahapan-tahapan-pembuatanpemproduksian. html)

Kerabat Kerja Produksi

Proses produksi memerlukan waktu yang lama dan berliku-liku. Untuk
mengantisipasi masalah ini diperlukan pengorganisasian yang tepat, mengingat
pengaruh media ' massa televisi, tidak dapat disangkal lagi, baik positif maupun
negatifnya.
Kerabat kerja produksi dibagi dua bagian, Staf produksi dan Kerabat kerja
produksi. Staf produksi mempunyai tanggung jawab utama isi serta
pengembangan program siaran dan terdiri dari, produser, pengarah acara, penulis
naskah serta asisten produksi. Sedang anggota kerabat kerja produksi terdiri dari
mereka yang mengoperasikan perangkat keras, seperti "pengarah teknik, penata
suara, penata cahaya dan pengarah lapangan.
1. Staf Produksi
• Produser
Produser adalah orang yang memegang pimpinan dalam
sebuah produksi program siaran televisi, tugasnya melaporkan
kepada produser eksekutif, yang bertanggung jawab pada
pelaksanaan produksi. Sementara produser eksekutif itu sendiri
adalah pimpinan tertinggi yang mempunyai kewenangan mengelola
suatu produksi, sering disebut sebagai orang yang selalu
mengusahakan uang, ia bertanggung jawab atas jalannya
pelaksanaan produksi.
• Pengarah Acara/Sutradara
Pengarah Acara/Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab
pada produser dan bertugas menerjemahkan naskah menjadi
gambar dan suara yang hidup, dan mengarahkan talent serta
kerabat kerja dalam semua kegiatan, dari sejak pemahaman naskah
hingga pascaproduksi.
• Penulis Naskah
Penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab pada
produser, dan bertugas menerjemahkan segala keinginan produser,
menjadi bentuk naskah, dalam hubungannya dengan perencanaan
program siaran.
• Asisten Pengarah Acara/Sutradara
Asisten Pengarah Acara/Sutradara bertugas membantu Pengarah
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
Acara /Sutradara, dalam hal menyiapkan talent, kamera dan que
pada video tape, agar kerabat kerja menyiapkan diri. Demikian pula
dengan teliti mencatat waktu setiap segmennya serta waktu
keseluruhan, agar program siaran yang diproduksi sesuai dengan
waktu yang seharusnya.
• Asisten Produksi
Tugas seorang asisten produksi sering berpindah dari program
siaran satu ke program siaran lain, umumnya membantu tugas
produser dan pengarah acara serta kerabat kerja lain.
Biasanya asisten produksi bekerja di ruang kontrol, membantu
produser, membantu pengarah acara dalam mencatat naskah saat
produksi berlangsung. Demikian pula ia bertanggung jawab atas
pendistribusian naskah kepada kerabat kerja serta bahan visual lain
yang dirperlukan.
Sering pula melaksanakan tugas sebagai pengarah lapangan, serta
mengatur telepromter yang akan digunakan oleh talent.
2. Kerabat Kerja Produksi
• Pengarah Teknik (Technical Director)
Pengarah teknik duduknya di samping pengarah acara di depan
meja kontrol dan bertindak sebagai switcher dan atas komando dari
pengarah acara dalam perpindahan setiap gambar. Di samping itu
pengarah teknik juga bertanggung jawab atas aktivitas kerabat kerja
teknik.
• Teknisi Audio `
Teknisi audio bertanggung jawab atas kebaikan suara program
siaran yang diproduksi dan selama produksi berlangsung duduknya
di sebelah kiri pengarah acara di meja kontrol audio. Tanggung
jawab teknisi audio tadi harus dapat menghasilkan suara vang
bercita rasa seni (Audio performance arts).
• Penata cahaya
Penata cahaya merencanakan setting penataan cahaya program
siaran yang akan diproduksi, dan harus selalu berkonsultasi dengan
pengarah acara serta mengoordinasikan kerabat kerjanya.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
• Scenis Dessigner
Scenis director disebut juga penata artistik atau juga perekayasa
dekorasi, tugasnya bertanggung jawab atas terciptanya set program
siaran yang akan diproduksi dan selalu bekerja sama dengan
penata cahaya serta berkonsultasi dengan pengara acara.
• Pengarah lapangan
Pengarah lapangan sering disebut sebagai stage manager,
bertanggung jawab atas operasional di dalam studio,sejak pengarah
acara mulai kegiatan produksi, di mana pengarah acara selalu
berhubungan dengannya melalui intercom.
Pengarah lapangam juga bertanggung jawab atas kegiatan studio,
memberikan tanda-tanda kepada talent atas petunjuk pengarah
acara.
• Kamerawan (Camera operator)
Kamerawan mengoperasikan kamera selama produksi berlangsung,
ia mengambil gambar atas permintaan pengarah acara dan
bertanggung jawab atas hasil gambar yang baik dari segi komposisi
serta ukurannya.
• Teknisi video
Teknisi video bertanggung jawab atas kualitas gambar yang
dihasilkan kamera, di mana setiap kamera dinkontrol oleh Camera
Control Unit (CCU), sebab kualitas gaambar yang baik, besar
andilnya terhadap sebuah karya produksi.
Jumlah anggota kerabat kerja produksi, masih banyak lagi yang belum disebutkan,
karena banyak yang bekerja di belakang layar, seperti penata grafis, penata rias,
penata rambut, pemeliharaan dan perawatan alat teknik (Maintenance) darl masih
banyak lagi.
Empat Tahapan Pelaksanaan Produksi (SOP)
Untuk pelaksanaan operasionalnya, saat akan memproduksi program siarannya,
memiliki prosedur kerja sendiri.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
Preproduction planning Setup & Rehearsal Setup
1. Pengembangan konsep I. Penataan dekorasi
2. Menetapkan tujuan dan 2. Penataan cahava
pendekatan produksi 3. Penataan suara
3. Penulisan naskah 4, Penataan video tape dan
4. Planning meeting semua Film play back
anggota inti
Rehearsal
1. Dry rehearsal Proses proses
membicarakan
Projek proposal 2. Camera blocking Project prop
3. Run through
4, Dress rehearsal
Post Production " Production
Siaran langsung
•Siaran berlangsung sesuai dengan
programa siaran
1. Menghentikan kegiatan studio Rekaman
2. Editing video .
3. Memperbaiki kualitas audio 1. Live on tape
4. Evaluasi program bersama 2. Recording in segment
Sample khalayak 3. Single camera and single VTR
4. Multiple camera and multiple
VTR
Prosedur kerja (Standard Operation Procedure) yang terdiri dari 4 (empat tahapan
kerja: 1. Pre Production Planning. 2. Set up & Rehearsal. 3. Production. 4. Post
Production.
Prosedur kerja saat melaksanakan produksi, tidak bersifat kaku, mengingat bahwa
pelaksanaan produksi kompleksitasnya tidak sama. Sehingga empat tahapan tadi
tidak semuanya dilalui. Mengingat produksi dapat dilaksanakan dengan produksi
rekaman atau produksi siaran langsung, produksi rekaman tentu semua tahapan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
dilaksanakan, sebaliknya produksi siaran langsung ada tahapan yang tidak
diperlukan, yaitu tahapan Post Production.
Dengan adanya tahapan kegiatan produksi, semua anggota kerabat kerja produksi,
akan melakukan aktivitas di setiap tahapan yang berbeda, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini bisa dilihat di bawah ini.
PRODUSER
PRA PRODI'KSI I. Mengembangkan konsep gagasan
2. Membuat rencana biaya produkssi
3. Menunjuk Pengarah acara
4. Mengadakan pembicaraan dengan Penulis naskah
5. Menyetujui berbagai saran dari Pengarah acara,
Penata lampu, dan Perekayasa dekorasi
6. Memimpin dan mengoordinasi seluruh rencana
produksi
SET UP AND Menyetujui perubahan akibat pengembangan REHEARSAL
PRODUKSI
1. Melakukan koordinasi dengan stasiun penyiar
PASCAPRODUKSI an untuk promo on air
2. Menyetujui hasil akhir sesuai yang ditentukan
PRODUSER PELAKSANA
PRA PRODUKSI Membantu produser setiap kegiatan perencanaan
dan mencatat semua keperluan pelaksanaan produksi
SET UP AND 1. Mengawasi kegiatan secara menyeluruh
REHEARSAL 2. Memerhatikan set up dan latihan serta membuat
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
catatan yang diperlukan sebagai bahan pengembangan
yang tanpa penambahan biaya ,
3. Menyetujui jadwal waktu akibat pengembangan
4. Membuat laporan perubahan kepada Produser
PRODUKSI 1. Mengawasi jalannya latihan
2. Dalam siaran langsung bila diperlukan membantu
pengarah acara, sedang dalam rekaman bekerja sama
dengan pengarah acara guna memastikan pelaksanaan
produksi
PASCAPRODUKSI 1. Membuat laporan kegiatan produksi dan
pertanggunganjawaban pelaksanaan tugas
2. Menyerahkan hasil (master) akhir sesuai dengan jadwal
kepada produser
PENGARAH ACARA
PRA PRODUKSI 1. Mengikuti dan mencatat hasil pertemuan perencanaan
produksi
2. Melakukan pendekatan produksi dan
mendiskusikan dengan produser
3. Bekerja sama dengan produser dan penulis naskah kalau
terjadi pengembangan naskah
4. Bekerja sarna dengan produser dalam menentukan talent
5. Mendiskusikan hasil pendekatan produksi (teknik dan
artistik) dengan kerabat kerja produksi
6. Merencanakan peralatan tambahan (pemanfaatan efek
khusus) dengan pengarah teknik
7. Merencanakan bentuk pengambilan gambar dan gerakan
kamera dalam bentuk recording plan
SET UP AND 1. Memimpin pertemuan produksi dan latihan
REHEARSAL dengan dibantu asisten pengarah acara/pengarah lapangan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
2. Mengarahkan dan melatih pengisi acara
3. Mengarahkan dan melatih pengambilan gambar (camera
blocking)
4. Mengintegrasikan unsur-unsur pendukung produksi ke
dalam suatu tontonan yang terkendali
PRODUKSI Memimpin rangkaian kegiatan produksi dibantu
asisten pengarah acara /pengarah lapangan
PASCAPRODUKSI 1. Sebeium pelaksanaan editing terlebih dahulu melakukan
editing image
2. Memimpin pelaksanaan penyuntingan (dengan
menggunakan editing & mixing list)
3. Menentukan pemakaian ilustrasi musik dan jenis huruf
dalam pelaksanaan mixing
PENULIS NASKAH
PRA PRODUKSI 1. Bekerja sama dengan produser dan pengarah acara
dalam mengembangkan naskah
2. Melakukan revisi naskah sesuai dengan ke¬butuhan
hingga ada kesepakatan
SET UP AND Apabila diperlukan revisi naskah harus segera REHEARSAL
takukan
PRODUKSI --
PASCAPRODUKSI --
ASISTEN PENGARAH ACARA
PRA PRODUKSI Membantu pengarah acara dalam melakukan pendekatan
produksi
SET UP AND 1. Membantu pengarah acara dalam melatih meng
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
REHEARSAL arahkan baik di dalam maupun di luar studio
2. Membuat kamera shot dan tanda-tanda lainnya
selama latihan
PRODUKSI 1. Membantu pengarah acara dalam pengambilan gambar
dan gerakan kamera serta memberikan tanda-tanda lainnya
2. Berpatokan pada waktu yang tersedia
3. Membuat catatan untuk setiap segmen film atau video
tape
PASCAPRODUKSI Membantu pengarah acara saat melaksanakan editing
PENGARAH TEKNIK
PRA PRODUK5I Membicarakan fasilitas teknik yang diperlukan dengan
pengarah acara dan atau produser
SET UP AND 1. Bertanggung jawab terhadap kualitas teknik
REHEARSAL 2. Bertindak sebagai switcher pada saat latihan di studio
PRODUKSI Mengoperasikan peralatan di switching board
PASCAPRODUKSI Mengoperasikan switching board saat Pascaproduksi
PENATASUARA
PRA PRODUKSI 1.Membicarakan kepada pengarah acara dan tim inti tentang
pendekatan produksi dan fasilitas studio
2. Menyiapkan pita suara yang diperlukan
SET UP AND 1. Memimpin kerabat kepa audio dan control room
REHEARSAL 2. Mempersiapkan audio di studio control 3. Menchek
seluruh mic dana audio balance
PRODUKSI Melakukan studio mixing
PASCAPRODUKSI Mengoperasikan audio control saat Pascaproduksi
PENATA CAHAYA
PRA PRODUKSI 1. Membicarakan dengan pengarah acara dan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
perekayasa dekorasi tentang letak dekor
2. Membuat keseimbangan keseluruhan peralatan
sehingga cahaya yang dihasilkan baik
3. Dapat melakukan perubahan jika diperlukan serta
menyelesaikan masalah yang timbul
SET UP AND 1. Mengawasi tata letak dan fokus peralatan tata
REHEARSAL cahava
2. Membuat keseimbangan keseluruhan peralatan
sehingga cahaya yang dihasilkan baik
3. Dapat melakukan perubahan jika diperlukan serta
menyelesaikan masalah vang timbul pada saat atihan
di studio
PRODUKSI 1. Mengoordinasikan seluruh tanda
pencahayaan
2. Mengoperasikan pencahayaan yang digunakan
dari dimmer
PASCAPRODUKSI
PEREKAYASA DEKORASI
PRA PRODUKSi 1.Membicarakan dengan pengarah acara, produser
dan penata cahaya tentang keseluruhan tata
dekorasi
2. Mengembangkan pendekatan set design dan
setting
SET UP AND 1. Mengawasi pembuatan konstruksi set
REHEARSAL 2. Mengawasi keseluruhan aktivitas perekayasaan
tata panggung dan mendirikan set di studio
3. Membuat beberapa perubahan jika diperlukan
pada saat latihan di studio
PRODUKSI
PASCAPRODUKSI
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
PENGARAH LAPANGAN
PRA PRODUKSI
SET UP AND 1. Bertanggung jawab seluruh kegiatan di studio
REHEARSAL 2. Bertindak selaku pengarah acara "melihat dan
mendengar" apa yang terjadi di lantai studio saat
latihan maupun produksi
3. Melanjutkan aba-aba ke pengisi acara yang
datangnva dari pengarah acara
4. Bertanggung jawab terhadap property dan kostum
selama latihan
PRODUKSI Melanjutkan seluruh aba-aba kepada pengis acara
PASCA PRODUKSI
KAMERAWAN
PRA PRODUKSI
SET UP AND 1. Mempersiapkan kamera untuk pelaksanaan pro REHEARSAL
duksi
2. Mengoperasikan kamera selama latihan kamera
PRODUKSI Mengoperasikan kamera selama produksi berlangsung
PASCAPRODUKSI
TEKNISI VIDEO
PRA PRODUKSI
SET UP AND I. Menyiapkan dan menset kamera agar dapat meng¬
REHEARSAL hasilkan gambar yang baik
2. Menjaga Camera Control Unit agar ketajamannya t
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
idak berubah meskipun terjadi perubahan/variasi situasi
3. Membantu pengarah acara untuk memperoleh visual
effect yang diperlukan
4. Membicarakan dengan penata cahaya apabila timbul
cahaya asin yang mengganggu
PRODUKSI
PASCAPRODUKSI
EDITOR
PRA PRODUKSI
SET UP AND 1. Menyiapkan pita audio/video sebanyak yang di¬
REHEARSAL butuhkan
2. Mengoperasikan peralatan VTR bila diperlukan
3. Melakukan perekaman gambar bila diperlukan
PRODURSI I . Mengoperasikan peralatan VTR
2. Melakukan perekaman gambar
PASCAPRODUKSI 1. Membantu produser pelaksana dalam mengoordinasikan
seluruh kegiatan
2. Melakukan penyuntingan berdasarkan editing list dan
naskah dari pengarah acara
UNIT MANAGER
PRA PRODUKSI 1. Membantu produser pelaksana dalam mengoordinasikan
seluruh kegiatan
2. Mempersiapkan transportasi, konsumsi dan akomodasi
pengisi acara/kerabat kerja
SET UP AND 1. Memerhatikan clan membuat catatan kegiatan se
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
REHEARSAL bagai bahan pengembangan tanpa penambahan
biaya
2. Mempersiapkan transportasi. konsumsi dan ako
modasi pengisi acara/kerabat kerja
PRODUKSI 1. Mendata semua rangkaian kegiatan produksi
2. Mempersiapkan konsumsi (makan, minum) selama proses
produksi berlangsung sesuai jadwal
3. Mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
perizinan, pemakaian lokasi, listrik dan fasilitas lain yang
diperlukan
4. Bertugas membayar honorarium pengisi acara dan
kerabat kerja khususnya tenaga honor/lepas
PASCAPRODUKSI Membuat laporan kegiatan produksi
Meskipun telah diuraikan pembagian tugas setiap anggota kerabat kerja di setiap
tahapan, kita belum memperoleh gambaran kegiatan apa yang dilakukan di setiap
tahapan, di bawah ini diuraikan di setiap kegiatan.
Pre Production Planning
Pada tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi program
siaran, termasuk program siaran pendidikan, karena itu tahapan ini merupakan
tahapan planning production atau pre production planning. Bermula dari timbulnya
ide atau gagasan dan berpijak dari ide atau gagasan ini, produser mulai melakukan
berbagai kegiatan untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan, untuk
bahan pengembangan ide atau gagasan tersebut. Akhirnya produser yang
bersangkutan bekerja sama dengan pengarah acara/sutradara serta penulis
naskah. Bahan-bahan yang terkumpul kemudian dirangkai oleh penulis naskah
menjadi suatu naskah, sesuai dengan format program yang telah ditentukan.
Kegiatan produser dilakukan jauh hari, dari tanggal penyiarannya, karena
memerlukan ketelitian agar hasil produksinya nanti dapat sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Selanjutnya produser menyiapkan project proposal program siaran. Apabila project
proposal telah disetujui,selanjutnya produser menyelenggarakan planning meeting,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
bersama tujuh anggota inti, yang terdiri
1. Pengarah acara/ sutradara, 2. Penulis naskah, 3. Pengarah teknik, 4.
Perekayasa dekorasi, 5. Teknisi audio, 6. penata cahaya 7. Kamerawan. Tujuan
planning meeting yang dipimpin produser, mendiskusikan rencana produksinya,
karena itu setelah produser menginformasikan rencana serta keinginannya, terjadi
diskusi kecil yang semuanya mengarah ke satu pendapat, meskipun terjadi
perubahan dari rencana semula, tetapi tidak akan mengubah isi naskahnya.
Dari diskusi kecil tadi akhirnya dapat menghasilkan rencana yang telah disepakati
bersama, artinya, semua menjadi tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan
produksinya.
Hasil dari planning meeting ini yang berupa naskah serta proposal, selanjutnya
diserahkan kepada semua anggota inti tersebut, di mana semua anggota inti tadi
pada tahapan berikutnya mulai merencanakan tugas sesuai tugas dan tanggung
jawabnya.
Selanjutnya project proposal yang telah diperbaiki dibagikan kepada seluruh
anggota inti, untuk ditindaklanjuti sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
Set up & Rehearsal
Set up
Pengarah acara setelah mendapatkan berbagai informasi dari produser, segera
mempelajari proposal yang diterimanya, khususnya mulai mempelajari naskah
serta berbagai elemen visual yang sekiranya diperlukan.
Selanjutnya pengarah acara memberikan informasi tentang rencana produksinya
saat pengarah acara menyelenggarakan production meeting, bersama anggota inti
ditambah kerabat kerja yang dipersiapkan pengarah teknik.
Persiapan yang dilakukan oleh kerabat kerja teknik maupun kerabat kerja lainnya,
seperti, kerabat kerja fasilitas produksi.
Apabila produksi dilakukan di dalam studio, anggota inti bersama anggotanya
rnempersiapkan yang bersifat teknis, sejak dari subkontrol sampai peralatan di
studio, merencanakan denah dekorasi, setting lampu dan tata suara. Sebaliknya
apabila produksi dilaksanakan di luar studio, mungkin akan digunakan OB van,
tetapi dapat juga hanya menggunakan single kamera. Karena itu, perlu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
dipersiapkan kelengkapan lainnya, seperti reflector untuk membantu pencahayaan,
mikropon, video rekorder dan sebagainya. Pelaksanaan persiapan dikoordinasikan
oleh pengarah teknik dan pengarah acara.
Semua perencanaan dituangkan ke dalam gambar, sehingga semiua anggota
kerabat kerja mudah untuk memahami.
Setelah rencana denah disetujui tentu akan segera ditindaklanjuti untuk
direalisasikan dan akhir dari persiapan ini adalah dibuatnya rencana produksi oleh
pengarah acara yang dituangkan ke dalam production book dan production book
ini akan digunakan untuk panduan saat latihan dan setelah disempurnakan
sebagai pedoman pelaksanaan produksi nantinya.
Rehearsal
Latihan diperlukan bukan saja untuk kepentingan artis atau performer, melainkan
juga untuk kepentingan kerabat kerja. Latihan dipimpin oleh pengarah acara dan
selama latihan pengarah acara akan memberikan petunjuk/mengarahkan, hal-hal
yang berhubungan dengan cara membawakan acara, membawakan peran, teknik
vocal, teknik akting serta blocking, demikian pula akan menginformasikan tata
dekorasi yang akan digunakan.
Di samping itu yang lebih penting lagi adalah, pengarah acara akan berkonsultasi
dengan performer, tentang treatment program siaran sepanjang masa, yang
digunakan sebagai pedoman produksi.
Tahapan-tahapan latihan seperti di bawah ini:
1). Read through. Merupakan latihan awal, yaitu latihan membaca naskah secara
lengkap, selama latihan pengarah acara bertugas memberikan petunjuk yang
diperlukan, seperti tanda baca, vocal acting dan penafsiran naskahnya.
2). Walk through. Tahap ini artis tidak menggunakan naskah lagi, dan dituntut telah
mampu menghayati naskahnya.
3). Blocking. Saat latihan pada tahap ini telah menggunakan tata dekorasi,
meskipun bersifat tiruan. Pengarah mulai memberikan pengarahan, dalam
hubungannya dengan tuntutan media massa televisi, di samping itu pengarah
acara bersama dengan kamerawan mulai merencanakan pengambilan gambar dan
anggota kerabat kerja lainnya turut mengamati jalannya latihan, dengan tujuan
kemungkinan adanya perubahan rencana yang telah dibuat, seperti tata suara, tata
cahaya.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
4). Dry Rehearsal. Latihan ini sering disebut sebagai latihan kering, di mana
selama latihan para talent belum menggunakan tata pakaian seharusnya, termasuk
tata rias dan sebagainya, tetapi telah dituntut untuk melakukan semua yang telah
diarahkan.
5). Camera Blocking/Rehearsal. Tahap latihan ini lebih ditekankan kepada tata
gerak kamera, meskipun demikian tidak berarti talent terus seenaknya sendiri,
tetapi tetap dituntut untuk menunjukkan kesiapannya.
Saat latihan berlangsung pengarah acara duduk di ruang kontrol, sedang di studio
diatur oleh pengarah lapangan, hanya kalau ada yang perlu didiskusikan, baru
pengarah acara masuk kembali ke dalam studio. Saat latihan kamerawan
berpedoman kepada shot list yang telah dibuat, meski demikian kalau terjadi
perubahan-perubahan pengambilan gambarnya, akan selalu dikonsultasikan
kepada pengarah acara.
Kalau kita perhatikan tahapan latihan itu, tidak semuanya diperlukan untuk acara
siaran pendidikan, mengingat bahwa komunikator acara siaran pendidikan,
dilakukan oleh performer bukan artis, karena naskahnya bergaya tutur, sehingga
para performer hanya memerlukan latihan tahap pertama saja.
Mengenai perbedaan artis dan performer akan diuraikan kemudian.
Production
Pada tahapan ke-3 merupakan tahapan pelaksanaan produksi dan pengarah acara
akan bertugas sebagai penanggung jawab pelaksanaannya, di samping sebagai
koordinator pelaksanaannya. Pelaksanaan produksi selalu berpedoman pada
production book yang telah disusun dan disesuaikan saat latihan.
Post ProductionlPascaproduksi
Tahapan terakhir adalah pascaproduksi, dimaksudkan sebagai tahap penyelesaian
akhir atau penyempurnaan dari suatu produksi.
Tahap penyelesaian meliputi:
(1). Melaksanakan editing baik video maupun audio.
(2). Pengisian grafis pemangku gelar.
(3). Pengisian narasi.
(4). Pembuatan efek khusus.
(5) Melakukan evaluasi hasil akhir dari produksi.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB Drs. Joni Arman
News & Cuurent Affair
Production
Sebagai gambaran pelaksanaan mekanisme kerja produksi yang telah diuraikan
secara singkat tadi, dapat dipelajari/diamati pada ilustrasi gambar pada halaman
berikut.
Pada tahapan pascaproduksi harus dikerjakan seteliti mungkin, sebab sudah kita
maklumi bahwa televisi sebagai media massa pengaruhnya sangat besar, baik
positif ataupun pengaruh negatifnya. Karena itulah memproduksi acara siaran
pendidikan dituntut untuk bekerja lebih cermat, agar hal-hal yang tidak diinginkan
tidak akan terjadi. Hal ini terlihat saat dilakukan evaluasi, bukan hanya dihadiri dari
kalangan stasiun penyiaran sendiri, yang mewakili penonton diikutsertakan,
demikian pula dari departemen / badan terkait. Kepentingan penonton di sini untuk
melihat apakah masalah yang disampaikan melalui bentuk audio visual, sudah
cukup jelas, kalau belum pada bagian mana dan apa saran-sarannya. Dari
beberapa saran yang disampaikan perlu dikaji oleh pengarah acara beserta
kerabat kerja, termasuk tentu saja produser, sehingga bisa terjadi dilakukan editing
ulang.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme